Menyusuri Secuil ASEAN !!

Kutinggalkan decak kagum untuk negara-negara ini. ASEAN is Paradise !

This is the Way I love Being a Backpacker !

Ber-backpacking menguji kita banyak hal, mandiri, terbuka dan berani.

Rindu Kota Sultan, Yogyakarta!

Berpetualang (lagi) di Kota yang sarat akan Tradisi nya, Yogyakarta

Welcome In Thailand (Part 1) - Sehari Di Bangkok

Pengalaman Pertama Pergi Ke Luar Negeri, Gratis !

02 Agustus 2013

Jelajah Tiga Negeri [ 1 ] Kompleksitas Adisutjipto Yogyakarta

    

     Sudah tujuh bulan lamanya saya berhasil membeli tiket penerbangan sejuta umat itu. Airasia, dimana kocek yang saya keluarkan sedikit tidak masuk akal untuk menaiki sebuah burung besi keluar Indonesia, memang seringkali maskapai ini pintar membuat strategi marketing yang memikat hari pelanggan. Alhasil, tiket Yogyakarta - Singapura pun sampai di tangan dengan harga 199.000, tidak sampai dua ratus ribu rupiah ! Yah, tapi itu sudah tujuh bulan yang lalu, berarti ada selang waktu tujuh bulan demi penantian liburan ini. Hmm... tujuh bulan menunggu, betah kah? TIDAK :(. Hampir setiap hari di sekolah, di rumah, saya selalu terbayang bayang dengan lamanya penantian itu, saya ceritakan rencana liburan saya kepada teman teman di sekolah, mereka bilang saya gila, "Berani amat kamu, ke luar negri sendirian?" kata mereka. Sayapun awalnya tidak begitu yakin dengan keputusan yang saya buat, karena tiket promo yang sudah saya beli merupakan hasil "kalap" saya, I dont think about the destinations, but the price. Wherever it's promotion attended, there will be myself

     Semakin kedepan, saya semakin tidak peduli, saya mulai merancang jadwal atau dikenal sebagai "Itinerary" kemana saja kaki ini akan pergi. Saya bahkan sampai bersikeras untuk menginjungi tiga kota di Thailand (Hatyai, Krabi, Phuket) dengan durasi waktu delapan hari yang ke-enam hari nya telah saya set untuk berkunjung seputaran Singapura-Malaysia. Sayangnya, kalkulasi ini sepertinya salah, akhirnya tujuan final saya adalah Yogyakarta[JOG] - Singapura[SIN] - Johor Bahru[JHB] - Melaka[MKZ] - P.Pinang[PEN] - Kuala Lumpur[KUL] - Jakarta[CGK]. Sedikit kurang bersemangat, karena saya pribadi tidak terlalu menyukai kedua negara itu. But show must go on !, berbekal informasi dari website serta dibantu oleh info-info teman teman saya dari komunitas Backpacker Dunia, saya akan memulai perjalanan Saya menyusuri Tiga negeri, Indonesia-Singapura-Malaysia beserta rincian biaya (yang saya ngakunya "Backpacker") disini :

     Saya mulai trip ini dari kota Surabaya, karena baru baru ini Tarif KA telah resmi tidak bersahabat, saya membatalkan niat saya naik KA dan berganti ke moda transportasi lain, Bus. Dulu, dengan 33.500 rupiah saja sudah sampai di Jogja, tapi sekarang tarif KA Jauh-Dekat 110.000 untuk Tujuan Yogyakarta, Saran saya sih, pakai bus saja, lebih bisa berhemat. Sebelum saya sampai Terminal Purabaya, saya menukarkan Rupiah saya ke Ringgit dulu di Pertamina Kebonrojo, nilainya lumayan kompetitif. Setelah sampai di Purabaya (Bungurasih), saya naik Bus "Mira" menuju terminal Giwangan, Yogyakarta. Perlu diingat bahwa perjalanan Surabaya - Jogja memakan waktu sekitar 8 Jam (Kalau kereta, 6 Jam). 

     Berhubung trip saya jatuh pada bulan Ramadhan, saya berusaha tetap berpuasa selama perjalanan delapan jam itu. Yah, sebenarnya tidak terasa juga sih, sebentar saja kok ya sudah maghrib, terus Isya', terus sampai deh di Giwangan. Sialnya, saya terlalu kukuh berhemat, sehingga saya tidak pernah membeli makanan apapun selama di dalam bis, padahal banyak pedagang asongan yang mencoba menjual makanan dan minuman kepada saya, giliran maghrib sudah tiba, saya ga punya apa apa untuk dimakan, bahkan diminum, jadi resah sendiri. Alhasil, saya harus menunggu sampai di Yogyakarta untuk membeli sesuatu untuk berbuka.

     Sekitar jam sembilan malam kala itu, saya sampai di Terminal Giwangan. Suasana nya sepiii sekali, saya langsung bergerak menuju bagian informasi, bertanya apakah masih ada Shuttle Bus Transjogja untuk membawa saya ke Bandara Adisutjipto, dan deg!!... Transjogja sudah tidak beroperasi pada jam itu, saya mulai resah. Terjebak di terminal bus bukan sesuatu yang biasa bagi saya, its my first time. Penerbangan saya ke Singapura akan berlangsung pukul 7 Pagi, sehingga jam 5 pagi saya sudah harus check in. Kondisi ini memaksa saya  harus menginap di bandara. Saya punya teman sih di Jogja, sialnya semua nya sedang mudik, atau sibuk dengan urusan perkuliahan.  Kemudian terdengar seseorang memanggil saya "Mas, Ojek mas...?". Hmm...Ojek? boleh sih, tapi berapa uang yang harus keluar? Kami saling tawar menawar alot hingga terjadi kesepakatan, yang tadinya 50.000, turun ke 40.000, kemudian kami sepakat 30.000. Hmm... yah mau bagaimana lagi. 

     Dia mengantar saya sampai di depan bandara Adisutjipto, letaknya lumayan jauh dari terminal dan tidak mungkin ditempuh dengan berjalan kaki :D. Sesampainya di Bandara, saya beri dia uang lima puluh ribuan. dan kembalianya hanya sepuluh ribu, saya spontan marah, padahal tadi kami sepakat 30.000. kami berdebat panjang yang akhirnya si bapak tukang ojek yang menang, saya pasrah menyerahkan 10 ribu lainya untuk bapak ojek keparat itu. Fokus ke tujuan utama, saya berjalan mendekati pintu Gerbang Adisutjipto....yang saya lihat seperti bangunan gelap yang tidak punya kehidupan, sepiii..... sekali. Ga ada aktivitas penerbangan, ga ada penumpang yang menunggu pesawat, hanya Saya... Saya seorang disana. "Ini bandara?" sempat terbesit di benak saya bahwa bapak ojek tadi mengantarkan saya ke lokasi yang salah. Sulit dimengerti, namun memang pintu gerbang bertuliskan "Bandara".

     Saya mulai panik, bagaimana caranya menginap di bandara sepi seperti ini, bodohnya saya, saya melihat refrensi bandara LCCT Kuala Lumpur yang dipadati orang orang yang menginap di dalamnya, tapi ini kasus lain. Beda bandara bahkan beda negara, mengapa aku begitu bodoh membandingkan dua bandara yang berbeda kelas ini :( Ahirnya dengan penuh harap, saya telusuri setiap sudut bandara, berharap ada orang yang bernasib sama seperti saya, atau minimal, security yang bisa menunjukkan dimana tempat menginap yang gratis.  

     Kutemukan dua orang security, saya menanyakan dimana tempat orang orang biasanya menginap menunggu penerbangan, dia menjawab "Bandara sudah tutup, mas !. kalau mau nginap, di depan ada penginapan 100 ribu per malam, bandara sudah steril, ga boleh ada yang nginap".............
Haruskah saya ambil? tentu tidak. Kejadian abang ojek tadi telah membuat saya kehabisan rupiah, bagaimana mungkin saya membuang seratus ribu lagi untuk penginapan yang bakal saya tiduri hanya dalam beberapa jam?. saya tidak putus asa, saya telpon semua teman di kontak saya yang ada di Jogja, sialnya, semuanya tidak membalas, tidak aktif. Ah cobaan pertama sudah datang, saya mulai pupus harapan dan tidak punya pilihan lain selain menunggu di salah satu sudut jalan hingga fajar :(.

     Beberapa saat terkatung-katung, saya dihampiri oleh seorang wanita, "Mas, boleh masuk ke Bandara ga?" tanya nya. "Boleh mbak, tapi ga boleh nginap" jawabku. "Oh ga boleh ya, kapan hari saya kesini masih boleh mas..". Senang rasanya menemukan teman yang senasib seperjuangan hehe.... Kami mulai akrab dan terus mencari2 tempat untuk beristirahat, mungkin ada masjid? musholla? atau orang yang iba dan memberi kami tumpangan?, sampailah kami di sudut lain bandara, kami dapati ada sekelompok keluarga yang juga sedang menunggu fajar terbit. Saya diberi nasi bungkus oleh wanita itu lengkap dengan sebotol air mineral, karena saya bercerita bahwa saya belum berbuka, bahkan untuk seteguk air putih pun, padahal jam saat itu sudah menunjukkan pukul sembilan lebih. Selagi menyantap nasi bungkus, kami bergabung disana, bercanda bersama sebelum akhirnya petugas keamanan bandara mengusir kami.

     Yap, pasukan kami semakin banyak :D Keluarga tadi memutuskan untuk memesan penginapan yang dikatakan security tadi. Dengan satu orang dari mereka yang bertugas menjaga mobil. Kami bertiga berbincang-bincang hingga larut malam, saya tidak seberapa mengantuk tapi bagaimanapun, saya harus tidur untuk menyimpan energi selama di Singapura nanti. Beruntungnya saya, si Lelaki yang membawa mobil tadi mempersilahkan saya tidur di dalam mobil nya. Thank God :). Sepertinya kompleksitas ini berakhir dengan baik, saya akhirnya bisa bercakap cakap dengan akrab dengan mereka, perempuan yang saya temui adalah seorang TKI yang mengadu nasib di Singapura, sedangkan keluarga tadi sedang menunggu kepulangan anggota nya dari mengadu nasib menjadi TKI pula di Arab. Sayang saya tidak sempat menanyakan nama mereka....Sayang tidak terbesit untuk berfoto bersama.....Sayang saya tidak minta nomor hape mereka....

     Ketika waktu sahur, kami bertiga mencari makan di sekitar bandara, setelah itu shalat Shubuh di masjid bandara dan akhirnya tiba saatnya untuk kami berpisah. Penerbangan saya pukul 7 Pagi sehingga saya harus berpisah lebih dulu kepada mereka. Senang sekali rasanya bisa bertemu mereka, orang orang yang ramah, yang tanggap dan senang menolong :)

     Di bandara Adisutjipto, Saya menelpon ibu saya "Bu, aku berangkat", karena bagaimanapun, restu orang tua adalah yang utama. Saya mulai mencari cari counter Airasia, tidak sulit mencarinya, karena bandara yang relatif kecil dan calon penumpang yang belum terlalu ramai. Setelah menuju ke counter, saya mulai mempertanyakan tentang cairan yang boleh dibawa kedalam kabin, Kesimpulanya : Diperbolehkan membawa (Maksimal) 10 Botol cairan yang berukuran tidak lebih dari 100 ml atau kalau lebih bakal disita petugas imigrasi.. Untung saja saya sudah tau dari awal tentang peraturan ini.
Airasia Counter - Waiting Room (International Gate)
     Cap, cap, cap... paspor saya dapat satu "Memar Biru" lagi dari imigrasi Indonesia :), bayar Airport Tax seratus ribu, kemudian barang barang diperiksa dan Voilla... masuklah saya di waiting room. Menunggu pesawat QZ8102 saya menuju Singapura. sempat saya merenung sejenak, ga nyangka kalau ini bakal jadi pengalaman backpacking pertama saya, walaupun sudah bukan pengalaman ke Luar negeri pertama, 10 Hari kedepan bakal jadi perjalanan seorang diri paling jauh dalam hidup saya...

     Akhirnya, jam 07.25 pesawat QZ8102 saya tiba dan mengantar saya menuju terminal 1 Changi Airport, Singapore. Bye bye Indonesia, gonna catch back to you soon :)
Airasia QZ8102 was ready to take me off
Pengeluaran Part 1
Angkot ke Kebonrojo (IDR 4.000), Bus Mira (IDR 43.000), Ojek ke bandara (IDR 40.000), Makan sahur di Bandara (IDR 11.000), Airport Tax Adisutjipto (IDR 100.000).
TOTAL : IDR 198.000 

01 Agustus 2013

This is the way I love being a Backpacker

   
  
Pernah terbesit di pikiran untuk menjelajah dunia? menikmati setiap detail keindahan ciptaan-Nya melalui liku langkah langkah kaki kita, menyusuri negara yang berbeda, bertemu orang orang baru dengan beragam kebudayaan. Wah... rasanya asyik sekali ya :) apalagi kalau semua itu bisa dilakukan oleh siapapun dengan budget yang bahkan bisa dibilang terbatas. Yap, jaman sekarang ini, siapapun bisa menjelajah dunia, Siapapun ! Tua, muda, pria, wanita, kelas ekonomi apapun mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan apa yang orang sebut sebagai "Backpacker (noun) / Backpacking (verb)". 

     Mengapa saya suka backpacking? entahlah... Saya juga tidak tahu persis kapan saya mulai tertarik dengan hobby ini. Sejak kecil saya adalah tipikal orang penyuka jalan jalan, bahkan pada saat umur 15 tahun, saya sudah mampu menyusun jadwal kunjungan wisata ke Singapura walaupun saat itu keinginan mengunjungi Singapura masih ditentang oleh banyak anggota keluarga saya, namun saya tidak pernah menghilangkan impian itu. Kemudian beberapa bulan setelah "konflik" itu berakhir, maskapai penerbangan murah Airasia mengadakan promosi besar-besaran ! saya tidak ingat betul berapa harganya, tapi ke Kuala Lumpur (MY) bisa dibeli dengan uang saku saya saat itu !. 

     Tapi yah...namanya saja umur 15 tahun, anak ingusan yang punya ambisi besar. Semua harapan itu pupus sirna ketika semua anggota keluarga banyak menentang rencana saya ke Kuala Lumpur dengan tiket super murah itu. Alasan masih kecil, ga tau apa apa tentang luar negeri, duit siapa, diculik, disekap, dimutilasi (ih, sadis banget yak) dilontarkan oleh keluarga saya. Akhirnya seperti rencana rencana sebelumnya, wisata ke Kuala Lumpur pun batal.

     Menginjak usia satu tahun lebih tua (16 tahun), saya diperkenalkan oleh komunitas Backpacker Dunia (BD) di jejaring sosial Facebook. di dalam grup tersebut, ribuan orang ternyata punya ambisi yang kurang lebih sama dengan saya, hanya saja, mereka lebih berumur dan (pastinya) lebih perpengalaman. Saya belajar banyak disana, walaupun dalam kurun waktu beberapa bulan saya hanya jadi penonton pasif, tanpa memperkenalkan diri ataupun bertanya sesuatu di sana. Namun akhirnya saya pun mendapat banyak dukungan dari sesama anggota disana, mulai support hingga cerita inspiratif di blog mereka, membuat saya kembali bersemangat menumbuhkan kembali impian saya menjadi seorang backpacker.

     Dan kesempatan itu datang !. Kunjungan saya ke Thailand pada Juli 2012 benar benar membuka mata saya tentang bagaimana sesungguhnya "luar negeri" itu. Landmark yang biasanya hanya saya lihat di internet sekarang bisa terpampang jelas membahana badai di depan mata saya, halusinasi saya bahwa ini cuma mimpi sirna sudah. Akhirnya saya bisa mengagumi betapa eksotisnya Bandara Suvarnabhumi, Floating Market di Bangkok, pengalaman pertama naik Pesawat dan pengalaman berinteraksi dengan orang orang yang bahkan tidak mengerti bahasa Indonesia maupun Inggris, tidak tanggung tanggung, perjalanan ini saya dan teman teman beserta guru guru SMKN 1 Surabaya ini dilakukan selama 22 hari! artinya kita punya waktu tiga minggu lebih untuk mengenal budaya dan pariwisata Thailand. Namun kesempatan ini tidak saya kategorikan sebagai perjalanan mandiri (Backpacking), karena perjalanan saya ke Thailand adalah dalam rangka pertukaran pelajar antar dua negara, semua sudah disiapkan oleh penyelenggara (mulai akomodasi, transportasi, makanan, wisata, oleh-oleh dll), kita tinggal duduk manis dan mengikuti setiap prosedur yang telah direncanakan penyelenggara.

Thailand - Bersama teman teman sekolah saya
     Namun apa yang saya dapatkan sungguh adalah pengalaman berharga, sepertinya 22 hari di Thailand itulah yang bisa membentuk jati diri dan ambisi yang lebih besar dari saya saat ini. Saya bertemu orang orang baru dengan latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda, senang mengenal mereka, mereka adalah orang yang super ramah dan sangat welcome terhadap turis asing seperti kami (walupun kami bukan bule haha).
     Sepulang dari negeri Gajah Putih itu, saya mulai merencanakan trip berikutnya, saya nekat membeli tiket promo saat itu dengan tujuan Singapura, dan tiket pulang dari Kuala Lumpur, bisa dibaca disini. Saya bersikeras tetap show off dengan modal tiket PP ini, dan akhirnya, 15 Juli 2013, Pengalaman backpacking pertama saya ke Singapura - Melaka - Penang - Kuala Lumpur - Jakarta saya jalani. benar benar tanpa seorang pun yang menemani keberangkatan dan kepulangan saya. Saya benar benar sendirian kali ini. tidak ada embel-embel Exchange Program atau semacamnya, ya... saat itu adalah saat dimana impian dua tahun yang lalu mengunjungi kedua negara terkabul sudah. saya sempat menitikkan air mata pada saat hari pertama di Singapura, mendengar kumandang adzan maghrib di salah satu masjid di kawasan Little India, tak kusangka ini pertama kalinya menyantap menu buka puasa seadanya, yang hanya berupa dua lembar roti canai dan secangkir air putih, tanpa ditemani sanak keluarga maupun teman dekat.

     Perjalanan pun berlanjut hingga ke Negeri Jiran, hingga kepulangan saya di bandara Soekarno-Hatta Jakarta. saat itu adalah momen dimana saya bisa lebih mengenal diri saya, belajar mengetahui dimana kekurangan saya sesungguhnya, belajar mengagumi keindahan dari sisi dunia yang lainya. Saya punya lebih banyak cerita untuk dibagikan kepada teman teman dan keluarga, Kepulangan saya ke kota Surabaya pada saat itu meninggalkan senyum kebanggan yang (pasti) akan membawa saya pada belahan dunia yang lain, suatu saat nanti..
Tiga Landmark di Tiga Negara
     Ber-backpacking mengajari kita banyak hal, memaksa kita untuk lebih mandiri, lebih terbuka kepada unsur budaya baru, lebih berani mengenal orang lain dan segala aspek kehidupan lainya benar benar diuji di sini. Personally saya rasa bahwa ber-backpacking bisa melepas "sisi liar" saya, you know lah segudang norma norma sosial yang tidak seyogyanya dilakukan di rumah tinggal akhirnya bisa kita lepaskan sebebas bebasnya di negeri orang lain. Sunbathing 'till get sunburn, half-naked in the beach, feel the real "Night world", Speaking English in whole day, being a "Real Man" as a tourist, wearing a tank top during a trip, drinking an unusual meals adalah beberapa contoh dari sisi liar yang bisa saya lepaskan secara bebas disana. Kepuasan yang saya dapat tidak pernah selega ini sebelumnya. Sepulang dari ber-backpacking, kita akan (secara bertahap) akan lebih pro aktif, lebih open minded terhadap segala sesuatu, melihat suatu permasalahan dari dua sisi, tidak spontan hanya men-judge suatu permasalahan dengan sebelah mata. 

     Tidur di masjid bandara, terminal, stasiun, membawa ransel kemanapun kita pergi, sekamar dengan berpuluh puluh orang yang tidak dikenal, berjalan jauh, naik angkutan reyot, berdesak desakan untuk membeli tiket murah, diintrogasi petugas imigrasi dll seakan sudah menjadi hal yang biasa dilakukan dalam kasus ber-backpacking ini. Saya dengan jelas menolak berwisata pada travel agent karena berdasarkan pengalaman saya berlibur ke Pulau Bali, 4 tahun yang lalu. Kita seolah "diikat" untuk tetap stick dengan schedule yang telah dibuat oleh pihak travel agent. jam sekian hingga jam sekian, kita harus kesini... dan begitu seterusnya. Sebaliknya, jika kita melakukan perjalanan mandiri, kita akan 100% leluasa menentukan arah tujuan kita, mau seharian di satu lokasi wisata atau bahkan seharian tidur di hostel pun tak akan menjadi masalah.

     Saya bukan ahlinya dalam melakukan perjalanan mandiri ini, bahkan trip saya ke Singapura dan Malaysia bulan lalu masih sangat banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Banyak kebodohan dan keteledoran yang saya lakukan. Mulai ditipu oleh tukang ojek, hingga dipanggil dengan sebutan "Indon" oleh salah satu warga Malaysia, yah.... tapi saya secara bertahap akan berbenah diri, menjadi traveller yang lebih baik di trip trip yang selanjutnya. Big Goals saya saat ini adalah mengunjungi 10 negara ASEAN, dan thank god 4 negara telah saya pijak. Setelah 10 negara sukses terjamah, saya akan mencoba ke destinasi yang lebih jauh lagi, seperti Korea, Rusia, Turki, dan Selandia Baru. Kemudian melebar hingga eropa timur, eropa barat, hingga ke benua Amerika. Ke semua ini adalah sebuah proses perjalanan panjang meraih impian yang telah lama saya impikan.

     Soal partner perjalanan, saya netral saja, baik Solo (sendirian) ataupun dengan teman sama sama menyenangkan, Kalau backpacking sendirian, kita bisa 100% menentukan arah tujuan kita, tanpa ada paksaan dari pihak lain. Sialnya, dokumentasi kita menjadi lebih minim saat melakukan solo travelling, sebagian besar foto di kamera (setidaknya >50%) adalah foto pemandangan. Tidak ada kata "Narsis" atau semacamnya karena mau tidak mau, kita harus minta tolong orang lain untuk fotoin kita, awalnya saya malu banget, itu adalah aksi paling memalukan yang pernah saya lakukan, tapi mau bagaimana lagi, kalau tidak dengan cara ini, semua foto di kamera saya bakal jadi pemandangan alam semua, kebenaran menjelajah tempat itu akan (sedikit) diragukan keaslianya karena saya tidak berada disana. Atau kalau mau cara yang lebih mudah, pakai timer (fasilitas kamera penghitung mundur),  ini juga punya kerugian, kalau semisal tidak ada tempat untuk meletakkan kamera kita, ya tidak bisa.. mau pakai tripod pun susah, masa dibawa kemana mana gitu. kita kan mau liburan, bukan mau jadi fotografer hehe..

     Nah, kalau traveling bareng bareng, kondisinya bakal berbalik, kita bebas ber-narsis ria, foto foto sejuta expresi, dari expresi standar (berdiri tegak) sampai jungkir balik, dari pakai pakaian utuh sampai telanjang pun bisa, tak ada rasa malu. Cuma untuk masalah destinasi wisata, kita harus rela bertoleransi dengan teman seperjalanan, kita tidak boleh semaunya sendiri, jika anda tidak suka belanja, tapi teman anda adalah shopping lovers, berarti ke mall atau pasar harus disertakan dalam itinerary itu. Ada kalanya kita senang dengan suatu tempat dan ingin stay lebih lama disana, tapi teman anda ingin balik ke penginapan dan istirahat, kemampuan berdiskusi sangat penting disini, seringkali juga akan timbul konflik kecil diantara teman seperjalanan, tapi saya rasa konflik itu malah menambah akrab kita di akhir cerita. begitulah suka duka berjalan sendirian atau dengan teman, semuanya punya keuntungan dan kerugian masing masing. Dan bagi saya, keduanya adalah pilihan terbaik :)

     Dan pada akhirnya, semua ini tidak luput dari restu kedua orang tua serta keluarga dan teman, senang rasanya bisa berbagi cerita, menjadi inspirasi bagi mereka yang ingin berlibur tapi belum tahu bagaimana cara melakukanya. Saat ini saya tengah mengantongi tiket ke Kuala Lumpur dan Siem Reap (Cambodia) dan berharap trip saya berikutnya akan berjalan lebih baik dari sebelumnya. So what are you wating for? let's explore the world by backpacking ! 

Raka Wicaksana.

29 April 2013

Street Food, Kata Orang Tidak Higenis. Benar?

  
Dua Teman saya Saat Mengunjungi Even Street Food di Salah Satu Kota
     Saya pernah berbincang dengan teman saya, topik pembicaraan kami sebenarnya hanyalah bualan-bualan belaka, namun entah dimana ujungnya, kami membicarakan tentang suatu brand produk masakan yang sedang menggelar pameran Jajanan Nusantara di kota kami, Street Food itu memang kerap kali diselenggarakan setiap tahun di beberapa kota di Indonesia. Teman saya yang notabene seorang mahasiswa menengah ke atas itu secara blak-blakkan menolak ajakan saya. "Ogah bro. makanan di jalan tuh ga baik, kotor!" Paparnya. Dan pada akhirnya, kami berdua tidak bisa menikmati suasana event itu bersama sama, hanya saya, dan dua teman lama saya. 

     Saya bukan berada di posisi membela atau pun menyudutkan. jika kita lihat lebih jauh, logikanya, street food memang begitulah adanya. Bayangkan saja, puluhan bahkan ratusan lapak portable yang berjajar dipinggir jalan, dengan notabene udara di negara kita tergolong tercemar, belum ditambah dengan kepulan asap kendaraan bermotor, atau ambil saja yang paling umum, asap rokok. Semua itu bertebaran, beterbangan di sekitar kita tanpa kita sadar. Sebagian material tersebut pastilah mengontaminasi sebagian makanan yang terpampang di kawasan area Street Food tersebut, bahkan bilamana pemerintah membuat kebijakan untuk membuat tempat khusus Street Food di suatu lokasi yang jauh dari polusi udara, pencemaran tetaplah ada, apalagi kalau bukan debu dan asap rokok pengunjung?

     Tidak hanya di negara kita, semua Street food di dunia pun tidak bisa lepas dari pencemaran ini, coba saja sebut negara mana yang punya street food higenis? Tidak ada !. Apakah ratusan lapak yang dipasang di dalam ruangan tertutup sehingga menyulitkan bahan pencemar untuk masuk kedalam? Well.. itu sih Food Court namanya ! Setelah merenung mengenai hal ini, saya berfikir "Apakah ini alasan teman saya menolak ajakan saya?" Ternyata tidak hanya itu saja. Di negara kita, katakanlah, makan di pinggir jalan masih menjadi hal yang rumpang atau pantang dilakukan bagi sebagian kalangan kita, terutama menengah keatas. Mereka masih belum yakin bahwa makanan makanan tersebut aman untuk dikonsumsi atau tidak (karena pencemaran yang sudah saya sebutkan), atau alasan lain, GENGSI ! "Orang seperti saya masa' makan di pinggir jalan?" Mungkin bisa di ilustrasikan seperti itu. Masih banyak orang yang berpendapat bahwa restoran cepat saji, foodcourt, dan beberapa brand brand makanan terkenal adalah cara terbaik untuk menyantap makanan. Mereka rela menghabiskan pundi-pundi uang mereka untuk menyantap hidangan dengan cara yang menurutnya sehat, dengan kata lain, makan di restoran mahal, cepat saji atu sekawanya dipandang lebih sehat dibandingkan makan di pinggiran jalan. apakah benar demikian?

     Bila perpendapat seperti itu, maka saya bisa katakan bahwa presepsi mereka sudah keliru. Pada prinsipnya, Tidak ada makanan yang sehat di dunia ini, kecuali buah dan sayur organik. Semua makanan pastilah terdapat zat-zat yang ditambahkan, entah itu untuk membuat lebih nikmat, tujuan pengawetan, bahkan sampai tujuan tujuan "nakal" para pedagang makanan untuk membuat dagaganya laku dengan omset yang besar, tapi hanya perlu modal yang minim. Sekarang bisakah anda menjamin bahwa apa yang anda makan di restoran cepat saji yang mahal itu terbebas dari zat zat ini? Anda salah besar !. jangankan makanan di pinggir jalan ini, restoran cepat saji pun melakukan tindakan yang sama, maksud saya, Ayolah bung ! Berfikirlah secara rasionalis, hidangan restoran cepat saji tidak bakal lepas dari radikal bebas. restoran mahal tidak ubahnya seperti makanan biasa dengan didampingi "Tulisan mahal", itupun juga tidak terlepas oleh radikal bebas. Lalu apa bedanya dengan street food? saya kira sama saja, hanya berbeda dalam segi penempatan lokasi dan paradigma. 

     Dengan bersikap secara netral, saya katakan semua makanan yang dihidangkan dimana saja, pasti mengandung zat yang tidak baik bagi tubuh, bahkan pun jika anda memasak sendiri di rumah, kolestrol dari minyak goreng pasti akan melekat dalam makanan. lalu dimanakah makanan makanan sehat itu? ya tidak ada, kalau lah anda mau menjadi vegetarian dengan hanya mengonsumsi buah dan sayur organik yang baru dipetik dari perkebunan setiap hari, lain lagi cerita nya!. Terlepas dari itu semua, makan di Street Food merupakan sebuah pilihan untuk kita, yang ingin mengenang makanan tradisional yang sudah sulit dicari, yang ingin menghemat uang karena keterjangkauan harga di sana, yang ingin bernostalgia di masa lalu dengan menyantap hidangan disana, ataupun yang ingin menikmati hiburan hiburan yang juga disediakan oleh pihak penyelenggara. Jadi tempat ini sudah multi-fungsi, apakah hanya dengan alasan "Tidak Higenis" saja membuat anda berpindah halauan ke tempat makan mahal yang pastinya juga tidak higenis? Saatnya berfikir rasionalis, kawan!

     Lalu, apa yang harus diubah dari street food di negara kita? Apa perlu dimodernisasi? Diganti hidanganya? Dipindah ke lokasi tertutup? Tidak usah ! begini saja sudah cukup, inilah ciri khas street food kita, inilah salah satu lapangan uang bagi pemilik lapak yang menjajakan hidangan, inilah tempat dimana keluarga bisa saling berbagi, makan bersama dengan harga yang masuk akal, inilah tempat dimana nuansa kedaerahan masih secara kental terasa, mulai dari makananya, bahasa jual-beli yang notabene masih berupa bahasa daerah, hiburan musik keroncong, angklung, dan lain lain masih asli, merekat dalam tradisi street food kita. Masalah polusi itu tidak bisa dihilangkan, hanya bisa dikurangi saja. Yah, penjual tidak harus menjajakan hidangan diatas lapak secara terbuka, mungkin bisa diletakkan di etalase atau wadah tembus pandang untuk meminimalisir kontaminasi bahan pencemar, selesai kan? Jangan karena alasan tercemar, kita sampai hengkang dari mengunjungi street food, teman!. Ambil sisi postifnya, ini adalah salah satu fasilitas untuk mempertahankan makanan daerah kita, hanya disini ini kita bisa merasakan bahwa kita terbawa kepada nuansa berpuluh puluh tahun silam, hanya di tempat ni kita masih bisa melihat uang lecek yang masih saja berlaku, kadang ada uang seribuan yang ditulis kata kata aneh, Kapiten Pattimura di uang ribuan yang digambar jadi Spidermen, masih berlaku juga disini. Sampai ramah tamah yang terjadi antara penjual dan pembeli, semuanya ada, bebas dinikmati. Jadi alasan apa lagi yang membuat sobat hengkang? Tidak ada bukan? baik, berarti apa yang saya sampaikan sudah merubah pola pikir anda lebih rasional :) .

19 April 2013

Raka Travel - Jasa Penjualan Tiket Pesawat Murah



Selamat Pagi, Kepada pembaca setia Raka Travel
Terimakasih atas kunjungan nya ke Blog kecil ini, Saya atas nama Pribadi mengucapkan terimakasih karena telah meluangkan waktunya untuk sekadar melihat tulisan tulisan kecil Blog ini.

Saya berusaha memberikan suguhan terbaik untuk ditampilkan di dalam blog ini, namun saya rasa, tulisan yang baik dan menginspirasi belumlah cukup dalam memuaskan permintaan pembaca. saya mencoba membuka terobosan baru dalam menyiasatinya, Sehubungan dengan maraknya permintaan tiket pesawat untuk pergi berlibur / bisnis, Saya membuka jasa Reservasi/Booking Tiket Pesawat, dalam dan Luar Negeri. Dengan terobosan ini diharapkan para pembaca dapat lebih mudah dalam mencari penerbangan murah dan mudah.

Komitmen kami adalah untuk memberikan harga yang termurah yang bisa dijangkau oleh semua orang dengan penerbangan yang berkaulitas, kami berusaha membuktikan bahwa tiket pesawat sekarang bisa dibeli oleh semua orang, karena harga penerbangan saat ini semakin murah dan murah.Komitmen kedua kami adalah membimbing calon penumpang hingga hari-H keberangkatan untuk meminimalisir kebingungan atau kesalahan. Semua ini wujud komitmen kami kepada pelanggan setia RakaTravel. 

Keuntungan Membeli Tiket Penerbangan di RakaTravel :
  1. Harga Up to Date. Terus mengikuti harga resmi maskapai yang terkait
  2. Harga Penerbangan termurah, bersaing dengan harga Travel Agent Lainya
  3. Pengiriman e-ticket (Tiket Elektronik) yang bisa diantar langsung ke Rumah Anda (Khusus Daerah Surabaya). atau pengiriman lewat e-mail untuk yang berada di luar Surabaya.
  4. Jika anda menemui kesulitan dalam proses penerbangan, hubungi RakaTravel di 089678270914, kami siap membantu anda*
Dengan semua kenyamanan ini,saya pastikan pembeli akan merasa aman dan nyaman dalam membeli tiket pesawat yang murah dan berkualitas. Kami melayani pembelian dengan maskapai sebagai berikut : 

  • Airasia 
  • Citilink
  • Merpati Airlines
  • Mandala / Tiger Airways
  • Garuda Indonesia
Jika berminat membeli tiket penerbangan pada kami, atau hanya sekadar bertanya harga, jangan ragu menghubungi Contact Person kami di 089-678-270-914 (Raka Wicaksana). Kami siap membantu anda !. Atau kunjungi Facebook Page kami di SINI. Selamat menikmati penerbangan anda, dan terimakasih telah mempercayakan pembelian tiket penerbangan anda di Raka Travel.

18 April 2013

Street Food Indonesia - Gigih Menjaga Cita Rasa Nusantara

     
"Masakan Jalan" - Gigih Menjaga Cita Rasa Nusantara
     Street Food - Atau secara harfiah disebut sebagai Aneka Jajanan di Pinggir Jalan kiranya sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Mulai dari acara tahunan yang diselenggarakan di beberapa kota seperti halnya Jakarta Street Food, sampai Acara yang disponsori oleh beberapa brand makanan ternama di Indonesia kerap kali menghiasi ruas-ruas jalan daerah kita. Tak jarang bila pelancong dari luar kota pun (atau bahkan luar negeri?) ikut menyemarakkan kegiatan seperti ini. Mereka rela berbondong bondong datang, berdesak desakkan dengan pengunjung lain, makan sebentar (Itupun juga harus antre panjang), sekadar menikmati suguhan musik, atau hanya melihat sekitar, setelah itu balik pulang. Well, meskipun aktivitasnya terkesan sederhana, sebagian besar pengunjung merasa puas dengan adanya kegiatan tersebut. Punya tuan punya pendapat, semua punya pendapat berbeda beda tentang street food.

     Bagi saya, street food sendiri mempunyai beberapa keunikan serta keuntungan, baik untuk pihak penyelenggara, maupun daerah penyelenggara, tak lupa juga, masyarakat pun ikut merasakan cipratan untung nya. Lihat saja dari apa yang kebanyakan dijual disana, Mie Tumis, Semanggi, Nasi Pogol, Pecel, Asinan, Rujak, Martabak, Jamu, Kerak Telor, Ice Blue yang di plesetkan namanya menjadi Es Bule, makanan makanan berat khas daerah terkait sampai minuman minuman manis yang menyegarkan dahaga. Semua tersedia disana. Ada yang kurang familiar dengan nama nama makanan itu? ya!, saat ini, makanan yang saya sebutkan diatas mencari nya memang tidak semudah beberapa tahun lalu. masih ada sih kalau memang dicari di pelosok pelosok desa, tapi mana mau orang tergopoh gopoh mencari makanan sampai ke pelosok?  kecuali kalau benar benar addicted.

    Tahukah kita bahwa penyelenggaraan street food sebenarnya malah mengangkat kembali cita rasa tradisional Indonesia? Semanggi misalnya, yang sudah sulit dicari kemana mana tiba tiba nampang jelas di deretan lapak street food di suatu daerah. Saya malah pernah berbincang dengan teman saya yang berkata "Wah udah lama nih kaga makan Semanggi, sayang (street food nya) cuma seminggu aja" Nah, kita bisa simpukan bahwa masakan yang kata orang (elit) udah Jadoel itu masih banyak diminati oleh sebagian kalangan kita. Kita akui bahwa masakan tradisional negara kita emang ga kalah dengan yang ada di luar negeri, Rendang dan Sate Ayam punya kita aja dikategorikan sebagai yang terenak seantero dunia. gimana kita ga bangga tuh? tapi bagaimana menyebarkan cita rasa terpendam ini? ya Street Food itulah salah satu mediator untuk mewujudkannya !. kita lihat, bukan, disana?, mulai adik adik, remaja couple, Ibu hamil, bapak bapak beristri dua pun sampai rela bertumpah ruah mencicipi menu tradisional kita? yang mulanya makan malam dengan JunkFood atau makanan tak gizi, di kala Street Food itu mereka makan masakan tradisional :) mbak mbak penjual makanan dengan lemah lembutnya melayani satu persatu pelanggan dengan ramah, ditambah alunan musik angkling/keroncong atau apalah yang bagus bagus, menambah kehidmatan malam street food yang biasanya hanya berdurasi 1-2 minggu itu. suatu dobrakan besar, bukan? 

     Alhasil, yang semula punya ketergantungan kuat makan JunkFood jadi sadar "Eh nih makanan enak juga ya" atau malah ada yang nambah. wah wah ternyata mereka bukan nya ga suka dengan masakan tradisional Indonesia, tapi karena sulit dicari, akhirnya pindah haluan makan makanan western atau JunkFood yang bahkan di kabupaten kecil pun ada. Lantas bagaimana? apakah jika Street food yang biasanya cuma berdurasi 1 sampai 2 mingguan itu bubar, pengunjung bakal kembali ke kebiasaan lama nya? Well, bisa jadi seperti itu. Tapi seyogyanya bila frekuensi street food lebih ditingkatkan, entah apakah ditingkatkan menjadi beberapa bulan sekali, lebih mencangkup banyak kota, atau mungkin mendirikan Permanent Street Food ? udah banyak kan yang kayak begituan di Indonesia? nah disini, pihak penyelenggara sebaiknya memperbanyak frekuensi diadakanya Street Food ini, lebih menguntungkan kedua belah pihak bukan? 

     So, Kegiatan ini bener benar postitif untuk dipertahankan ke depanya. manfaat nya akan menyebar hingga beberapa tahun kedepan (mungkin), masyarakat kita akan benar benar menaruh perhatian 100% pada masakan asli Indonesia dan mulai meninggalkan masakan masakan ala kebarat baratan itu. Perekonomian Wirausahawan-Wirausahawati kita akan meningkat secara bertahap karena dalam suatu acara macam Street Food, mereka bisa meraup keuntungan hingga lebih dari 5X lipat dibanding hari hari biasa, uangnya untuk menghidupi keluarga keluarga mereka, membeli kebutuhan sehari hari sampai menyekolahkan anak. Tempat tempat yang awalnya tidak terjamah banyak orang menjadi terkenang karena kehadiran kegiatan yang biasanya juga disebut Festival Jajanan ini. Secara otomatis, eksistensi pariwisata kota terkait akan meningkat juga bukan? menyumbangkan pemasukan daerah juga nih

     Mending mana, orang orang kita konsumtif dengan makan makanan mahal dan tak sehat di restoran cept saji/mall mewah, pemasukan hanya masuk ke kantong segelintir kalangan eksekutif. Atau orang orang kita yang makan masakan asli negara sendiri, dengan Street food sebagai salah satu mediatornya, pemasukan masuk ke setiap kantong penjual lapak, dan turut serta menjaga cita rasa bangsa serta pemasukan daerah? Pertanyaan retorik seperti ini tentulah tidak perlu dipertimbangkan lagi. Mau membuat para wirausaha kita dihargai lebih? cita rasa kita dipertahankan? pariwisata kita maju? kesejahteraan meningkat? Street Food sepertinya telah menjadi syarat mutlak untuk mewujudkannya. 

Raka Wicaksana    . 

14 Maret 2013

Jakarta and Bandung, Both are Stunning !

Selamat datang teman teman di blog saya, dalam cerita liburan kali ini (sebenernya kaga libur sih XD) saya akan membawa kalian ke dua kota besar, yang pertama adalah Ibukota negara kita, Jakarta. Dilanjutkan dengan kota yang mendapat julukan "Paris van Java" yap, Bandung ! sebetulnya ini bukan murni sebuah liburan atau Backpacking, tujuan saya ke Jakarta adalah untuk mengikuti lomba Bahasa Inggris di salah satu sekolah islam di Serpong, namun karena sayang banget, masa ke Jakarta terus kaga ngapa ngapain? akhirnya saya extend 1 hari untuk menjelajahi Jakarta, hlo Bandung nya gimana? hehe ntar saya jelaskan lagi lebih lanjut :) 

Hari Ke-1 (Kamis, 07 Maret 2013)

Perjalanan ini bermula di Stasiun Surabaya Gubeng - Kota Surabaya, saya memilih naik Kerta karena alasan harga, yah walaupun 17 jam berlama lama di dalam nya, paling tidak kantong masih bisa bernafas :). Saya naik KA Pasundan yang berangkat pukul 02.00 Siang (lebih lanjut cek di website) dan tiba di stasiun Jakarta Kota pada pukul 07.00 Pagi. Sekadar informasi bahwa sekarang KA Pasundan sudah beralih ke KA Ekonomi AC, jadi mulai tanggal 1 Maret 2013 kemarin, harga Pasundan telah melonjak naik dari Rp.33.500 menjadi Rp.110.000, untung nya saya telah reservasi tiket sebulan sebelumnya, jadi dengan harga Rp.33.500 saya bisa berkereta ke Jakarta dengan AC !! memang kalau booking jauh jauh hari ada aja untung nya, haha..

Selang beberapa jam setelah kereta berangkat, datang banyak ibu-ibu muda yang sepertinya rombongan menuju Jakarta, 3 orang duduk di dekat saya, kesalnya, salah satu dari ibu ibu itu berdalih untuk bertukar tempat duduk dengan saya, "ih, enak aja semaunya, gue dateng lebih awal buat duduk di deket jendela, bu !"pikir saya, akhirnya terlintas ide untuk menjadi orang dari negara lain, saya cakap melayu dan mengaku orang malaysia :D haha. tak usahlah saya jelaskan panjang lebar apa saja dialog yang saya keluarkan ke ibu ibu tadi, yang jelas semuanya seketika menjadi ramah kepada saya, saya ditawari banyak camilan seperti tahu, keripik, onde-onde, bahkan makan pagi pun dikasihhehe, bukanya saya non-nasionalis, hanya ingin menantang diri saya "berani kaga?" dan ternyata ada untung nya juga, makan pagi di kereta jadi gratis, perut jadi terisi terus. 

Naik kereta ekonomi memang kadang kala menguntungkan (karena harganya) namun di saat tertentu bisa jadi menyebalkan. untuk perjalanan jarak jauh semisal SUB-CGK, kereta ekonomi bisa jadi sangat menyiksa tubuh, kita "dipaksa" beristirahat mengikuti bentuk kursi yang 90 derajat, belum lagi satu deret kursi yang bisa terisi 2 sampai 3 orang. ugghh.. sesak sekali rasanya. mau tidur, tidak sampai setengah jam bangun lagi untuk geser posisi, dan begitulah seterusnya hingga sampai stasiun tujuan, yah ada harga ada mutu lahh.

Hari Ke-2 (Jumat, 08 Maret 2013)

Saya tidak benar benar turun di St.Jakarta Kota, tetapi di St.Pasar Senen karena lokasi ini berdekatan dengan Monas yang menjadi tujuan wisata pertama saya, setelah turun di Pasar senen, saya mencium tangan "ibu-ibu saya" sembari mengucapkan terimakasih atas hidangan gratis nya dan kemudian bergegas menuju Monumen Nasional (MONAS). saya masih bingung naik apa ke Monas? dari info tanya sana sini, saya naik Kopaja P-20 menuju Stasiun Gambir,  dilanjutkan dengan Bus TransJakarta menuju Monas.

BINGUNG ISTILAH??!
Ini nih yang namanya "orang desa ke kota". Saat bertanya ke orang orang naik apa ke Monas, banyak istilah istilah asing yang belum pernah saya dengar sebelumnya, macam "Kopaja","Metromini","P-Sekian Sekian" dan lain lain. memang ada beberapa yang sudah saya tahu, seperti istilah Metromini, namun saya belum tahu itu bus atau bajai atau angkot?. Saya baru tahu kalau Kopaja itu sama dengan Metromini, hanya beda brand saja, kalau P-sekian sekian itu macam trayek ke suatu tempat, misalnya kalau mau ke daerah X, naiklah P-01, daerah Y naiklah P-02 dan begitu seterusnya... ribet sekali -_- terlebih saya terbiasa menggunakan istilah "Bemo" untuk menyebut Angkot, alhasil banyak orang kurang mengerti apa yang saya maksud. This was a culture shock :).

MONAS, Saksi Bisu Perjuangan Rakyat Indonesia
Sekitar jam 9 Pagi saya tiba di Monumen Nasional. saya pernah mengunjungi bangunan megah ini sebelumnya di sini, namun entah mengapa kali ini lebih terasa bahwa gue ada di icon nya Kota Jakarta. Monumen yang dibangun tanggal 17 Agustus 1961 dan tingginya mencapai 132 meter ini sangat gagah, besar dan Indah, saya coba memasuki museum Monumen Nasional yang berada di ruang bawah tanah, terdapat banyak diorama yang memasang latar mulai dari kehidupan pra-sejarah di Indonesia hingga suasana paska-proklamasi, semuanya ada di sini. Naik ke atas, kita akan memasuki lift yang akan membawa kita ke puncak Monas. Kita bisa melihat seluruh pemandangan kota Jakarta dari atas tanpa halangan apa pun alias 260 derajat! belum lagi terdapat empat buah teleskop yang bisa kita pakai untuk melihat pemandangan jakarta dari jauh, dan angin bertiup lumayan kencang seketika melepas rasa lelah. wah keren banget sumpah! oh iya... untuk tarif masuk Museum berbeda beda antara Pelajar dan Orang Dewasa. Saran saya jika anda Pelajar atau mahasiswa, tunjukkan Kartu Pelajar/KTM anda pada petugas, bakal dapat potongan harga ! :D Masuk museum yang tadinya Rp.5000 jadi Rp.2000, Naik ke puncak monas yang tadinya Rp.10.000 menjadi hanya Rp.2000 saja :D. jadi total menjelajah monas hanya 4000 rupiah aja coy. Murah kaga tuh?

Puas menjelajah Monas, saya melanjutkan perjalanan, sedikit menyimpang dari tema liburan, saya akan berburu beasiswa di PKR (pusat Kebudayaan Russia) di Jalan Dipenogoro. Panjang cerita, rencana saya untuk mengunjungi PKR harus batal karena susah mencari lokasi persis bangunan ini, padahal saya sudah naik metromini dengan trayek yang dianjurkan oleh beberapa orang yang saya tanya, tapi tidak ketemu juga :( yasudahkah, daripada waktu yang terbuang habis hanya karena cari bangunan yang ga pasti, saya melanjutkan perjalanan naik Bajai (Mahal -_-) ke Pasar Tanah Abang.

TANAH ABANG, Paradise of Clothes    
Banyak yang bilang kalau Tanah Abang itu pusatnya fashion, banyak baju celana murah dijual disini. kalau saya pribadi sih tidak terlalu suka dengan Tanah Abang, memang pakaian disini banyak yang murah tapi kebanyakan harus beli secara grosir, maksudnya harus beli beberapa kodi sekaligus, juga saya kurang suka dengan keramaian di Tanah abang. Mulai pejalan kaki, Polisi, Bajai, Motor, Mobil, Pedagang Kaki Lima, Pedagang kaki dua bertumpah ruah senggol sana sini, macet dan polusi menambah kegerahan daerah ini, masuk kedalam Blok A/B Tanah Abang, jarak antar kios saling berdekatan, Jalan untuk pembeli sangat terbatas, serta harus berdesakan dengan pengunjung lainya. Ugghh rasanya.... :( tapi lepas dari itu, Tanah Abang merupakan sentral dagang dan belanja yang diminati banyak orang, disini tidak hanya menjual pakaian, tapi juga menjual keperluan rumah tangga, peralatan Bayi dan anak, sampai Foodcourt pun ada disini. Well.. karena saya bukan penikmat belanja, jadi tidak ada apapun yang saya beli disini, hanya sekadar melihat-lihat daerah yang kata orang merupakan "The Paradise of Clothes".

KOTA TUA - Batavia of Jakarta
Saya lanjutkan perjalanan dari Tanah Abang menuju Kota Tua, dari Pasar Tanah Abang tidak ada trayek atau Halte Busway, so untuk menghemat pengeluaran, anda harus jalan kaki ke halte Busway terdekat, yaitu di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, kemudian naik busway ke arah Kota dengan tarif hanya Rp.3500 saja, selang beberapa menit, turunlah di halte terakhir yaitu halte "Kota". disana sudah banyak petunjuk bagaimana mencapai Kota Tua. Setelah di Kota Tua kita akan menjumpai atmosfer Jakarta pada masa lalu, Kota Tua - Dijuluki sebagai Batavia nya Jakarta, dengan struktur bangunan yang masih asli seperti Museum Fatahilah dan berbagai macam museum yang tersebar di sekitar Kota Tua. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan disini, seperti menyewa sepeda kuno yang dilengkapi dengan Topi jaman dulu, bisa juga duduk duduk sambil menikmati kerak telor, makanan Khas Jakarta, bisa melihat anak anak kecil yang bermain Bola, sampai "Patung bergerak" yang di perankan oleh beberapa remaja di Kota Tua. Tempat ini bener bener membawa anda menuju Jakarta pada masa lalu, tidak ada hiruk pikuk knalpot kendaraan, tidak ada asap, hanya suara bel sepeda dan musik musik kontemporer yang "Jadul". Overall rating, saya puas sekali berada disini, yah..walaupun tidak sempat masuk ke Museum nya.

Puas bernostalgia di Kota Tua, saya berkunjung ke rumah teman baru saya, Amiel Pascual - Asal Manila (Philiphines). sebuah komunitas online bernama Couchsurfing telah banyak menguntungkan saya dalam mendapat "Tumpangan Hidup" di kota atau negara lain. Alhasil, selama saya menjelajah Jakarta maupun Bandung ini, saya tidak pernah samasekali menyentuh atau berkunjung ke Hotel maupun Hostel, semua malam saya berkunjung ke rumah sesama member couchsurfing. malam pertama saya di Jakarta, saya mendapatkan undangan (Host) dari Emiel untuk menginap di apartemen nya di bilangan Pluit, Jakarta Utara. dengan bermodalkan petunjuk dari dia lewat SMS, saya pergi menuju Pluit dengan metromini. Jujur saja, inilah bagian yang paling saya suka dari backpacking, bertemu orang dari negara atau budaya yang berbeda, Amiel juga bersama Peter, traveller asal Vietnam. Kami bertukar informasi mengenai Indonesia, Filipina atau Vietnam di sana. it was just stunning :) 

Malam harinya, saya dan Peter diajak oleh Amiel untuk berkunjung ke salah satu Food Festival di Pluit, food festival yang entah apa namanya, menyajikan banyak kuliner chineese maupun Indonesian. I got nothing to be paid, Amiel paid everything :) senang nya punya teman yang baik hati, ntar kalau dia ke Surabaya, Saya berjanji akan mengantar nya keliling Surabaya. 

Pengeluaran Hari Ke-1 dan Ke-2
  1. Kereta : KA Pasundan (Rp.33.500), Makan Malam (Rp.5.000)
  2. Perjalanan : Es Kelapa (Rp.5.000), Aqua (Rp.5.000), Kopaja P-17 (Rp.2.000)
  3. Monas : Kopaja P-20 (Rp.2.000), Transjakarta (Rp.3.500), Tiket Masuk Museum (Rp.2.000), Tiket Masuk Puncak (Rp.2.000)
  4. Tanah Abang : Bajaj ke Tanah Abang (Rp.20.000)
  5. Kota Tua : Transjakarta (Rp.3.500), Kerak Telor (Rp.15.000), Metromini ke Pluit (Rp.2.000)
TOTAL : Rp.100.500,- 
  
Hari Ke-3 (Sabtu, 09 Maret 2013) 
Setelah bermalam di Apartemen Amiel satu malam, hari inilah saya akan pergi ke Serpong untuk mengikuti national english speech competition. kompetisi bergengsi yang akan diselenggarakan selama dua hari ini diikuti oleh banyak peserta dari berbagai daerah. Tanggerang, Bekasi, Bogor, Jakarta, dan mungkin saya adalah kontestan paling jauh haha :D, entah mengapa, saya begitu yakin akan tembus babak final. Saya sebelum nya telah mengetahui bahwa lokasi nih lomba bakal berlangsung di Serpong BSD Sektor XI, Tanggerang Selatan. namun pagi ini saya baru sadar, naik apa kesana?? saya mulai panik dan bertanya ke Amiel, he said he don't know, kemudian saya melihat jadwal KRL ke Serpong, Alhamdulillah ternyata ada KRL yang menuju serpong, saya langsung berpamitan kepada Amiel dan memulai perjalanan ke St.Tanah Abang.
You Know What? saya samasekali buta arah dimana St.Tanah Abang, dari tiga petugas Busway yang saya tanyai, masing masing punya jawaban yang berbeda. Ada yang turun Halte Harmoni, Cikini dll. Ahhh pusing gue, sampai akhirnya jam menunjukkan pukul 05.50, saya masih ribut cari stasiun, padahal KRL akan berangkat jam 06.00 pagi. Saya langsung lemas, seolah itu adalah saat terberat dalam hidup, saya menyerah dengan pergi ke Halte terakhir, yaitu Halte Kalideres. Saya melanjutkan perjalanan ke Serpong dengan naik Ojek saja. 
"Ojek ke Rawabuntu berapa bang?" Tanya saya
"Rawabuntu itu dimana?" Tanya Bang ojek
"Dekat Serpong" Balas saya
"Wah jauh sekali, ayo 100 ribu !"
Saya seketika terperangah, terkejut mendengar harga yang fantastis itu. benarkah Serpong sejauh itu? :O tapi mau bagaimana lagi, waktu saya tidak banyak. tersisa satu setengah jam sebelum lomba dimulai dan saya masih menawar ojek. saya menawar Rp.50.000 dan akhirnya bang ojek mau mengantar saya -_- ini pertama kali nya saya membayar ojek termahal di dunia, 50.000 coyy.. 
Ojek membawa saya ke Serpong, entah mengapa baru saya sadari kalau Serpong jauh sekali dari Jakarta (Kalau naik motor),saya jadi merasa kaga enak ama bang ojek nya...berkali kali bang Ojek menuju ke arah yang salah, berkali kali tanya ke orang lain dimana Serpong BSD. dan setelah satu setengah jam akhirnya kita sampai di Serpong, bang ojek minta untuk menambah ongkos karena nyata banget jaooh dari Jakarta. karena saya tidak enak, saya kasih Rp.7000 untuk ongkos tambahan dan dia berlalu pergi, makasih ya bang ojek mau mengantar saya sejauh ini -_-
Sesampai nya di tempat ini, saya berlari masuk kedalam aula pertemuan karena telat. Tidak perlu lah saya ceritakan lebih detail di sini, yang jelas, saya terpilih masuk kedalam 5 besar nasional dari beberapa kontestan dari beberapa provinsi :D senang nya... hahaha.

Setelah lomba usai, saya pulang balik ke Jakarta dengan menggunakan KRL dari St.Rawabuntu menuju St.Tanah Abang. dengan tiket seharga Rp.8000, saya "terbang" ke Tanah abang dalam waktu kurang dari 45 menit. Guess what? Stasiun Tanah Abang bukanlah seperti dugaan saya sebelumnya (mewah, besar, rapi dll), besar sih lumayan lahh... tapi setiap kotak tekel stasiun dihuni oleh satu calon penumpang !! mau jalan beberapa meter aja udah macam melintasi hutan manusia ! uhh pengunjung bertumpah ruah, saya lekas cepat-cepat meninggalkan stasiun ini dan menuju ke halte Busway terdekat. Dan oh iya... seperti yang saya bilang sebelumnya bahwa tidak ada halte Busway di Tanah Abang, anda harus naik kopaja ke stasiun terdekat atau Jalan kaki menuju Halte Bunderah H.I untuk naik Busway. Saya memilih untuk naik Kopaja menuju ke Kota Tua lagi... mau ngapain? kaga tau gue, iseng aja, lagian belum dapet tebengan, haha :D.  

Waktu telah menunjukkan pukul 15.00 sore itu, saya dengan santainya masih berjalan jalan di Sekitar Kota Tua, hanya sebungkus es dawet yang mengatasi dahaga saya kala itu, tidak ada makanan, tidak ada tempat berteduh... saya enjoy aja menikmati suasana Kota Tua, dan kemudian saya mendapat SMS dari teman baru saya, Mas Prabu.... dia bersedia jadi host saya selama 1 malam di kosan dia, Once again, Couchsurfing helped me ! Tentu saja saya menerima nya dengan senang hati dong :). Lokasi rumah mas Prabu berada di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, saya tancap naik Busway dari Halte Kota menuju Halte Kuningan Madya Aini. Saya dijemput oleh mas Prabu dan diantar ke kos an nya, he was a nice host, though :) .Kami berbagi dan saling berukar informasi tentang apa saja yang bisa ditukar (emang apa? -_-). Malam harinya, saya pergi ke Warteg (Warung Tegal) untuk menyantap makan malam saya dan bergegas tidur, mengingat keesokan harinya akan diadakan final lomba bahasa inggris pada jam 8 pagi. Jam 10 pagi saja saya terlambat dan naik ojek, apalagi mulai jam 8 pagi? -_- let's hee how was it!.

Pengeluaran Hari Ke-3
  1. Perjalanan dan Lomba Di Tangerang: Kopaja (Rp.1.000), TransJakarta (Rp.3.500), Ojek Mahal (Rp.57.000), Minuman (Rp.5.000), Ke St.Rawabuntu (Rp.2.000), KRL ke Tanah Abang (Rp.8.000)
  2. Perjalanan ke Kota Tua : Pulsa (Rp.7.000), Kopaja (Rp.4.000), TransJakarta (Rp.3.500),Es Dawet (Rp.3.000)
  3. Surf di Kuningan : Makan Malam (Rp.12.000)
TOTAL : Rp.106.000,-

Hari Ke-4 (Minggu, 10 Maret 2013) 

Bangun, Raka ! terdengar sayup sayup suara dari mas Prabu, saya emang kalau udah tidur susah dibangunin XD. dan kita lihat jam berapa... jeng jeng... JAM 05.30 !!! GILA, padahal KRL akan berangkat pukul 06.00, belum perjalanan ke Tanah Abang, terlebih lagi saya belum mandi :( wah gimana nih?? saya pusing memutar otak dan akhirnya menyerah dengan tetap berpegang teguh pada prinsip "Masih ada kereta selanjutnya". Setelah mandi saya bergegas pamit kepada mas Prabu, mengucapkan terimakasih dan segera menuju halte busway terdekat, Kuningan Madya. Ditengah perjalanan, saya berfikir ulang. Kalau saya ke Tanah abang bakal kaga ada KRL karena udah terlambat, kalaupun saya ngotot kesana bakal buang buang waktu, acara dimulai jam 08.00, saya masih di Jakarta pukul 06.30. entah kerasukan setan atau apa, saya menyerah dengan naik ojek (lagi), dengan tawar menawar yang sangat alot, saya mendapat harga Rp.60.000, tidak bisa ditawar lagi... :( saya sangat sedih harus melepas selembar uang biru dan selembar uang merah ini hanya karena bangun kesiangan -_-.

Selama perjalanan yang jauh itu, saya terus meratapi nasip selembaran uang biru saya, mengingat uang di dompet kian menipis, saya tidak kuasa menahan tangis perih duka mendalam cetar membahana (alay banget sih). itung itung buat sedekah lah, ntar juga dapet duit kok kalo menang --> saya terus menghibur diri dengan kalimat-kalimat seperti itu. tak terasa (apaan, terasa banget -_-) saya telah tiba di Sekolah di tanggerang Selatan sama seperti kemarin. kalau kemarin saya bayar ojek 57.000, kali ini saya membayar dengan harga Rp.60.000, itupun bang ojek nya minta tambah, OGAH !!, cukup sekali  dua kali ini gue naik ojek termahal di dunia..... 

Pengumuman Final. The Moment of Truth
Panjang banget proses final lomba ini, terlalu panjang kalau diceritakan disini, haha. langsung ke inti nya aja deh. Pengumuman final bakal diumumkan jam 2 siang, padahal ini masih jam 11 siang. mau kemana gue? kaga ada temen, nyapa orang kok ya respon nya negatif, akhirnya saya memutuskan untuk rebahan aja di temat duduk belakang sekolah. dan kali ini saya baru merasakan bahwa saya benar benar jadi anak gembel. bayangin aja... saya rebahan di tempat duduk belakang sekolah, seringkali ada orang lewat dan melihat saya dengan tatapan aneh, terlebih lagi baju saya yang udah lungset, dompet menipis (kaga bisa beli makanan minuman), inilah dimana seorang backpacker jauh jauh datang dari Surabaya untuk mengadu nasib mendapatkan uang yang kalo terbilang sih kaga seberapa banyak, dan belum tentu gue dapetin -_- jadi waktu itu saya cuma bisa pasrah kepada Tuhan YME, kalau dapat ya syukur, modal gue jalan bisa balik. kalau kaga dapet ya harus rela menguras sebagian isi ATM lebih dalam lagi buat melanjutkan "hidup" di kota ini.

Tiga jam "menggelandang" di sini, saat pengumuman pun tiba...

     "Juara II lomba speech competition jatuh kepada......" saya harap saya yang bakal dapet posisi kedua, karena udah pesimis banget kalau juara 1
     "Dave Gregory, BINUS International School Serpong" saya langsung lemas, putus asa, emosi, lelah bercampur menjadi satu. saya sudah membayangkan kalau setelah acara ini usai, saya bakal ke ATM terdekat untuk mengambil uang.

Namun tiba tiba... itu !
     "Juara I jatuh kepada...... Raka Wicaksana - SMK Negeri 1 Surabaya!!" 

Tunggu......, seperti nama saya disebutkan? dan ternyata benar, Saya JUARA 1 Nasional cooyy :( terharu sekali, saya yang cuma anak belum gede, gembel, dan "cuma" anak SMK ini bisa mengalahkan SMA dan banyak International School lainya. perasaan haru, bangga, senang, capek campur aduk jadi satu, lelah menjadi hilang ketika saya memegang penghargaan terbesar saya dalam tiga tahun ini, akhirnya...saya juara Nasional !! (nangis). Entah bagaimana ceritanya, saya rasa saya tidak lebih baik dari peserta yang lainya, tapi Tuhan berkata lain, Tuhan menghargai perjuangan saya sampai sejauh ini..... Entah bagaimana saya menuliskan nya dalam kata kata, semua terasa terlalu indah :)

Seusai menerima penghargaan, saya langsung pulang haha XD karena mau melanjutkan ke destinasi berikutnya, saya naik KRL ke St.Tanah abang dan berlalu menuju Stasiun Jakarta Kota. Mau kemana? saya hendak ke Bandung, kota Paris Van Java.

Tragedi Kehabisan Tiket
Kita semua tahu kalau tidak mau kehabisan tiket, ya pesanlah jauh jauh hari sebelum nya. namun inilah salah satu "keteledoran" saya damam hal berburu tiket. Setiba nya di Stasiun Jakarta Kota. Karena alasan efisiensi waktu, saya tidak membeli tiket pulang langsung ke Surabaya.Karena alasan efisiensi, saya tidak membeli tiket pulang langsung ke Surabaya. Saya memesan tiket KA Serayu Malam menuju Kiaracondong, Bandung. rencana ini telah saya buat sebelum Hari-H, saya akan memesan tiket ke Bandung, samapai di Bandung pukul 12 malam, bermalam di rumah teman selama 6 jam sebelum Kereta menjemput saya pada pukul 06.00 Pagi menuju Surabaya.

Dan kenyataan berkata lain, KA Serayu Malam (JAKK-BDO) HABIS untuk keberangkatan hari ini, DEG.. gue langsung terkejut. nih hari udah kaga ada temen yang bisa ditebengi nih di Jakarta. harus kemana?? saya mulai memutar otak, mencoba jalur alternatif memilih KA ke Yogyakarta, HABIS. KA langsung ke Surabaya, HABIS. KA ke Malang, HABIS. Saya mulai menunjuk rute KA yang semakin naik semakin mahal harganya, tapi percuma saja. Hari itu, semua KA Ekonomi, Ekonomi AC, dan Bisnis HABIS. Berkali kali saya coba SMS teman saya di Bandung untuk minta solusi, dia menyarankan untuk Stay di Jakarta saja sampai tiket KA ketemu, saya telpon teman-teman saya di Jakarta, tidak ada satupun yang bisa menyediakan tempat nebeng untuk saya pada hari itu. Saya langsung lemas... kaga tau mau berbuat apa. Saya hilang akal sehat dan memohon dengan muka imut ke petugas tiket untuk mennyediakan tiket ke Bandung untuk keberangkatan malam ini juga !

"Ke Bandung masih ada kok, pak. Tinggal 2 Kursi" Jawab petugas KA.

you know lah what I felt?, Fantastic !!! ternyata masih ada kesempatan untuk "pulang" lewat Bandung. bagaimana tiket Bandung-Surabaya yang benar benar habis? saya tidak menghiraukan nya dulu, yang penting saya bisa ke Bandung hahaah XD gila banget saat saat ujian gini gue malah extend buat bekpekeran !!

Jam setengah sembilan malam, KA Serayu malam akan berangkat ke Kiaracondong,Bandung. Namun saya sudah stand by di kereta pada jam 07.00 Malam (karena udah bingung mau ngapain lagi). Kereta begitu cepat menembus pemukiman penduduk, sungai, terowongan, sawah yang kala itu tidak terlihat karena gelap nya malam, pada jam 00.30 Dini hari, saya tiba di St.Kiaracondong Bandung. teman baru saya, Bro Alief menyediakan host untuk saya di daerah Sukapura. untuk menuju kesana, hanya satu buah transportasi yang tersisa di tengah malam itu. Becak :D. dengan tawar menawar yang alot, kami sepakat dengan tarif 15.000. 

Sesampai nya di Sukapura, saya disambut oleh Bro Alief, kita sharing sharing dan berkenalan lebih jauh satu sama lain. saya tidak tahu berapa malam saya akan menetap disini (karena belum pegang tiket ke Surabaya), tapi Bro Alief oke oke saja. Dia menyarankan untuk tinggal di Bandung selama beberapa hari, karena sayang banget kalau besok harus pulang, saya akhirnya googling mencari tempat wisata di Bandung untuk saya jelajahi esok hari, Bro Alief meminjamkan saya buku wisata kota Bandung. What a nice host :-) 

Pengeluaran Hari Ke-4
  1. Perjalanan dan Lomba Di Tangerang: Ojek Mahal (Rp.60.000), Makan Siang (Rp.15.000), Ke St.Rawabuntu (Rp.2.000), KRL ke Tanah Abang (Rp.8.000)
  2. Perjalanan ke Stasiun - Bandung : Angkot ke Stasiun (Rp.4.000), KA Serayu Malam (Rp.25.000), Becak ke Sukapura (Rp.15.000)
TOTAL : Rp.129.000,-

Pagi harinya, saya berencana mengunjungi Taman Raya Ir.Haji Juanda yang terletak di daerah Dago, Bandung utara (sepertinya sih). dari Sukapura, saya naik angkot ke St.Kiaracondong terlebih dahulu untuk berburu tiket KA yang belum saya dapatkan. Sesampainya disana, tidak ada harapan :( tiket yang habis, bahkan KA Eksekutif nya, antrian yang mencapai 300 orang tumpah ruah di stasiun. saya tidak mau membuang waktu berharga saya hanya untuk berlama lama antre untuk tiket yang tidak pasti, saya memutuskan untuk menunda pembelian tiket (walau beresiko tinggi) dan melanjukan perjalanan ke Dago.

Sampai di Taman Juanda, ternyata saya salah lokasi, saya belum tau perbedaan "Taman Jalan Juanda" dan "Taman Raya Juanda", sehingga saya diturunkan di taman, yang "cuma" sebuah taman kecil bertuliskan DAGO di Jl.Ir.H.Djuanda. kaget juga sih, masa di Internet bisa besar sekali, nyata nya kok cuma seimprit gini? dari tanya menanya yang saya lakukan, saya berangkat menuju taman raya juanda yang sebenarnya, turunlah di terminal angkot terakhir di daerah Dago. Dari sana, anda bisa naik ojek (Rp.5000 aja) atau bisa jalan kaki kurang lebih 2 km. dengan tiket masuk Rp.8000, masuklah saya ke Kebun Raya Juanda. 

Kesan pertama masuk disini, sejuk banget !! tak ada suara derit knalpot motor, tak ada suara manusia, kebun raya hari itu benar benar sepi, terlihat hanya dua tiga orang yang berlalu lalang serta penjual penjual makanan. Betah banget berlama lama disini. Pohon yang rimbun, suara kicau burung, aliran air yang deras, dan udara sejuk menemani kunjungan saya kali ini. pada dasarnya, Taman Raya ini berisi empat tempat wisata. Goa Belanda, Goa Jepang, Penangkalan Rusa, dan Air Terjun & Pemandian. let's move! 

GOA BELANDA DAN GOA JEPANG
Tujuan pertama adalah Goa Belanda, setelah beberapa ratus meter berjalan di tengah keelokan pemandangan bukit berbukit, sampailan saya di Goa Jepang. Untuk masuk ke sini Tidak Dipungut Biaya, tapi akan dikenakan biaya sebesar Rp.3000 untuk menyewa senter. Saya sempat kesal karena ketakutan saya memasuki ruang gelap. Walaupun saya sudah menyewa senter, tetap saja kalau tidak ada yang menemani rasanya takut sekali. akhirnya saya menyewa jasa guide (Rp.20.000). Saya dibawa berkeliling goa yang ternyata panjang nya tidak sampai 250 meter, hanya dibuat beberapa lorong saja. idihhhh.... masa goa se pendek ini gue pake guide sih :( sempat kecewa juga tapi uang hijau sudah ada di tangan sang guide. Mau bagaimana lagi? :(.

Tujuan selanjutnya adalah Penangkaran rusa dan Air Terjun, namun karena saya terpengaruh omongan sang guide kalau perjalanan kesana butuh satu setengah jam trekking, saya membatalkan kunjungan kesana dan menuju ke goa Jepang. Sama seperti goa belanda, hanya terkesan lebih tua saja. Masuk juga untuk apa kan? toh sama saja seperti goa sebelumnya, saya ga mau pinjam jasa guide lagi haha :D jadi cuma foto foto di depan goa nya saja.

Selepas itu, saya berkunjung ke Patung Ir.H.Djuanda, di sekitar sana terdapat burung langka, waduk buatan dan segala bentuk objek wisata yang alami ada disini. oh my god... benar benar tempat yang sejuk untuk melepas kepenatan :) I love this place.

Sekarang saya menuju ke tempat yang lokasi nya saja saya tak tahu. Museum KAA (Konfrensi Asia afrika). dari tanya-menanya, duduklah saya di angkot yang membawa saya kaga tau kemana. karena jauh, saya ketiduran dan tak disangka sangka, Gue sekarang ada beberapa meter di depan masjid Raya Bandung !! waw.. tempat yang berada di luar rencana. disini banyak sekali kios kios menjual pakaian, wlaupun saya kaga tau mahal atau murah, karena mamang bukan berorientasi untuk belanja. Saya menuju halaman depan Masjid Raya, banyak sekali "penjual dadakan" yang memasang lapak disini. Mulai pakaian, alat sholat, makanan, peralatan rumah tangga ada disini. Di Masjid Raya Bandung terdapat menar ayyyya untuk melihat pemandangan kota Bandung dari atas. Sayaun Sayangnya menara ini hanya buka HaHari Sabtu dan Minggu, jadi batal deh saya naik keatas :(

PBanya Bandung terdapat mena. Di masjid RayaJalan...jalan...jalan. saya ketemu dengan Gedung Museum KAA yang ternyata Tutup Hari Senin !! :( gila nih sepertinya trip hari pertama di Bandung kaga selancar yang gue kira. iya sih saya tidak ada rencana untuk berwisata di Bandung, jadi semuanya serba dadakan banget. Tapi sebagai gantinya, saya menyusuri Kota lama nya Bandung yang berpusat di JL.Asia Afrika, beberapa meter di sebelah Masjid Raya Bandung. Bangunan kuno bergaya Eropa menghiasi jalan ini, anda bisa menemui gedung Kantor pos Bandung yang megah disini. 

Pernah dengar Jakarta Macet? sering banget kan?, tapi gimana kalau Bandung Macet? kaya gini nih....

Hari mulai gelap, saya memutuskan untuk mengakhiri perjalanan hari ini. saya balik ke Sukapura ke tempat Bro Alief. Terlintas ide untuk membeli tiket KA secara online, yahh wlaupun harus tekor uang lebih, setidaknya masih lebih murah daripada kelas Executive dan yang paling penting, saya bisa pulang ke Surabaya.... KA baru bernama Harina (Kelas isnis dan Eksekutif) berangkat dari St.Bandung menuju St.Surabaya Pasar Turi. Berangkat pukul 20.30 dan sampai di Surabaya pukul 09.30. dengan harga kelas bisnis nya Rp.220.000 :(

Pengeluaran Hari Ke-5
  1. Taman Raya Djuanda : Angkot ke Kiaracondong X2 (Rp.4.000), Angkot ke Taman Raya Djuanda X2 (Rp.5.000), Ojek (Rp.5.000), Minum (Rp.2.000), Tiket Masuk (Rp.8.000), Senter (Rp.3.000), Jasa Guide (Rp.20.000), Makan Siang (Rp.5.000)
  2. Masjid Raya Bandung & Pulang : Angkot menuju MRB (Rp.3.000), Aqua (Rp.7.000), Gorengan (Rp.5.000), Angkot pulang X2 (Rp.4.000), Makan Malam (Rp.7.500), Print Tiket KA (Rp.500)
TOTAL : Rp.79.000,-
     !