01 Agustus 2013

This is the way I love being a Backpacker

   
  
Pernah terbesit di pikiran untuk menjelajah dunia? menikmati setiap detail keindahan ciptaan-Nya melalui liku langkah langkah kaki kita, menyusuri negara yang berbeda, bertemu orang orang baru dengan beragam kebudayaan. Wah... rasanya asyik sekali ya :) apalagi kalau semua itu bisa dilakukan oleh siapapun dengan budget yang bahkan bisa dibilang terbatas. Yap, jaman sekarang ini, siapapun bisa menjelajah dunia, Siapapun ! Tua, muda, pria, wanita, kelas ekonomi apapun mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan apa yang orang sebut sebagai "Backpacker (noun) / Backpacking (verb)". 

     Mengapa saya suka backpacking? entahlah... Saya juga tidak tahu persis kapan saya mulai tertarik dengan hobby ini. Sejak kecil saya adalah tipikal orang penyuka jalan jalan, bahkan pada saat umur 15 tahun, saya sudah mampu menyusun jadwal kunjungan wisata ke Singapura walaupun saat itu keinginan mengunjungi Singapura masih ditentang oleh banyak anggota keluarga saya, namun saya tidak pernah menghilangkan impian itu. Kemudian beberapa bulan setelah "konflik" itu berakhir, maskapai penerbangan murah Airasia mengadakan promosi besar-besaran ! saya tidak ingat betul berapa harganya, tapi ke Kuala Lumpur (MY) bisa dibeli dengan uang saku saya saat itu !. 

     Tapi yah...namanya saja umur 15 tahun, anak ingusan yang punya ambisi besar. Semua harapan itu pupus sirna ketika semua anggota keluarga banyak menentang rencana saya ke Kuala Lumpur dengan tiket super murah itu. Alasan masih kecil, ga tau apa apa tentang luar negeri, duit siapa, diculik, disekap, dimutilasi (ih, sadis banget yak) dilontarkan oleh keluarga saya. Akhirnya seperti rencana rencana sebelumnya, wisata ke Kuala Lumpur pun batal.

     Menginjak usia satu tahun lebih tua (16 tahun), saya diperkenalkan oleh komunitas Backpacker Dunia (BD) di jejaring sosial Facebook. di dalam grup tersebut, ribuan orang ternyata punya ambisi yang kurang lebih sama dengan saya, hanya saja, mereka lebih berumur dan (pastinya) lebih perpengalaman. Saya belajar banyak disana, walaupun dalam kurun waktu beberapa bulan saya hanya jadi penonton pasif, tanpa memperkenalkan diri ataupun bertanya sesuatu di sana. Namun akhirnya saya pun mendapat banyak dukungan dari sesama anggota disana, mulai support hingga cerita inspiratif di blog mereka, membuat saya kembali bersemangat menumbuhkan kembali impian saya menjadi seorang backpacker.

     Dan kesempatan itu datang !. Kunjungan saya ke Thailand pada Juli 2012 benar benar membuka mata saya tentang bagaimana sesungguhnya "luar negeri" itu. Landmark yang biasanya hanya saya lihat di internet sekarang bisa terpampang jelas membahana badai di depan mata saya, halusinasi saya bahwa ini cuma mimpi sirna sudah. Akhirnya saya bisa mengagumi betapa eksotisnya Bandara Suvarnabhumi, Floating Market di Bangkok, pengalaman pertama naik Pesawat dan pengalaman berinteraksi dengan orang orang yang bahkan tidak mengerti bahasa Indonesia maupun Inggris, tidak tanggung tanggung, perjalanan ini saya dan teman teman beserta guru guru SMKN 1 Surabaya ini dilakukan selama 22 hari! artinya kita punya waktu tiga minggu lebih untuk mengenal budaya dan pariwisata Thailand. Namun kesempatan ini tidak saya kategorikan sebagai perjalanan mandiri (Backpacking), karena perjalanan saya ke Thailand adalah dalam rangka pertukaran pelajar antar dua negara, semua sudah disiapkan oleh penyelenggara (mulai akomodasi, transportasi, makanan, wisata, oleh-oleh dll), kita tinggal duduk manis dan mengikuti setiap prosedur yang telah direncanakan penyelenggara.

Thailand - Bersama teman teman sekolah saya
     Namun apa yang saya dapatkan sungguh adalah pengalaman berharga, sepertinya 22 hari di Thailand itulah yang bisa membentuk jati diri dan ambisi yang lebih besar dari saya saat ini. Saya bertemu orang orang baru dengan latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda, senang mengenal mereka, mereka adalah orang yang super ramah dan sangat welcome terhadap turis asing seperti kami (walupun kami bukan bule haha).
     Sepulang dari negeri Gajah Putih itu, saya mulai merencanakan trip berikutnya, saya nekat membeli tiket promo saat itu dengan tujuan Singapura, dan tiket pulang dari Kuala Lumpur, bisa dibaca disini. Saya bersikeras tetap show off dengan modal tiket PP ini, dan akhirnya, 15 Juli 2013, Pengalaman backpacking pertama saya ke Singapura - Melaka - Penang - Kuala Lumpur - Jakarta saya jalani. benar benar tanpa seorang pun yang menemani keberangkatan dan kepulangan saya. Saya benar benar sendirian kali ini. tidak ada embel-embel Exchange Program atau semacamnya, ya... saat itu adalah saat dimana impian dua tahun yang lalu mengunjungi kedua negara terkabul sudah. saya sempat menitikkan air mata pada saat hari pertama di Singapura, mendengar kumandang adzan maghrib di salah satu masjid di kawasan Little India, tak kusangka ini pertama kalinya menyantap menu buka puasa seadanya, yang hanya berupa dua lembar roti canai dan secangkir air putih, tanpa ditemani sanak keluarga maupun teman dekat.

     Perjalanan pun berlanjut hingga ke Negeri Jiran, hingga kepulangan saya di bandara Soekarno-Hatta Jakarta. saat itu adalah momen dimana saya bisa lebih mengenal diri saya, belajar mengetahui dimana kekurangan saya sesungguhnya, belajar mengagumi keindahan dari sisi dunia yang lainya. Saya punya lebih banyak cerita untuk dibagikan kepada teman teman dan keluarga, Kepulangan saya ke kota Surabaya pada saat itu meninggalkan senyum kebanggan yang (pasti) akan membawa saya pada belahan dunia yang lain, suatu saat nanti..
Tiga Landmark di Tiga Negara
     Ber-backpacking mengajari kita banyak hal, memaksa kita untuk lebih mandiri, lebih terbuka kepada unsur budaya baru, lebih berani mengenal orang lain dan segala aspek kehidupan lainya benar benar diuji di sini. Personally saya rasa bahwa ber-backpacking bisa melepas "sisi liar" saya, you know lah segudang norma norma sosial yang tidak seyogyanya dilakukan di rumah tinggal akhirnya bisa kita lepaskan sebebas bebasnya di negeri orang lain. Sunbathing 'till get sunburn, half-naked in the beach, feel the real "Night world", Speaking English in whole day, being a "Real Man" as a tourist, wearing a tank top during a trip, drinking an unusual meals adalah beberapa contoh dari sisi liar yang bisa saya lepaskan secara bebas disana. Kepuasan yang saya dapat tidak pernah selega ini sebelumnya. Sepulang dari ber-backpacking, kita akan (secara bertahap) akan lebih pro aktif, lebih open minded terhadap segala sesuatu, melihat suatu permasalahan dari dua sisi, tidak spontan hanya men-judge suatu permasalahan dengan sebelah mata. 

     Tidur di masjid bandara, terminal, stasiun, membawa ransel kemanapun kita pergi, sekamar dengan berpuluh puluh orang yang tidak dikenal, berjalan jauh, naik angkutan reyot, berdesak desakan untuk membeli tiket murah, diintrogasi petugas imigrasi dll seakan sudah menjadi hal yang biasa dilakukan dalam kasus ber-backpacking ini. Saya dengan jelas menolak berwisata pada travel agent karena berdasarkan pengalaman saya berlibur ke Pulau Bali, 4 tahun yang lalu. Kita seolah "diikat" untuk tetap stick dengan schedule yang telah dibuat oleh pihak travel agent. jam sekian hingga jam sekian, kita harus kesini... dan begitu seterusnya. Sebaliknya, jika kita melakukan perjalanan mandiri, kita akan 100% leluasa menentukan arah tujuan kita, mau seharian di satu lokasi wisata atau bahkan seharian tidur di hostel pun tak akan menjadi masalah.

     Saya bukan ahlinya dalam melakukan perjalanan mandiri ini, bahkan trip saya ke Singapura dan Malaysia bulan lalu masih sangat banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Banyak kebodohan dan keteledoran yang saya lakukan. Mulai ditipu oleh tukang ojek, hingga dipanggil dengan sebutan "Indon" oleh salah satu warga Malaysia, yah.... tapi saya secara bertahap akan berbenah diri, menjadi traveller yang lebih baik di trip trip yang selanjutnya. Big Goals saya saat ini adalah mengunjungi 10 negara ASEAN, dan thank god 4 negara telah saya pijak. Setelah 10 negara sukses terjamah, saya akan mencoba ke destinasi yang lebih jauh lagi, seperti Korea, Rusia, Turki, dan Selandia Baru. Kemudian melebar hingga eropa timur, eropa barat, hingga ke benua Amerika. Ke semua ini adalah sebuah proses perjalanan panjang meraih impian yang telah lama saya impikan.

     Soal partner perjalanan, saya netral saja, baik Solo (sendirian) ataupun dengan teman sama sama menyenangkan, Kalau backpacking sendirian, kita bisa 100% menentukan arah tujuan kita, tanpa ada paksaan dari pihak lain. Sialnya, dokumentasi kita menjadi lebih minim saat melakukan solo travelling, sebagian besar foto di kamera (setidaknya >50%) adalah foto pemandangan. Tidak ada kata "Narsis" atau semacamnya karena mau tidak mau, kita harus minta tolong orang lain untuk fotoin kita, awalnya saya malu banget, itu adalah aksi paling memalukan yang pernah saya lakukan, tapi mau bagaimana lagi, kalau tidak dengan cara ini, semua foto di kamera saya bakal jadi pemandangan alam semua, kebenaran menjelajah tempat itu akan (sedikit) diragukan keaslianya karena saya tidak berada disana. Atau kalau mau cara yang lebih mudah, pakai timer (fasilitas kamera penghitung mundur),  ini juga punya kerugian, kalau semisal tidak ada tempat untuk meletakkan kamera kita, ya tidak bisa.. mau pakai tripod pun susah, masa dibawa kemana mana gitu. kita kan mau liburan, bukan mau jadi fotografer hehe..

     Nah, kalau traveling bareng bareng, kondisinya bakal berbalik, kita bebas ber-narsis ria, foto foto sejuta expresi, dari expresi standar (berdiri tegak) sampai jungkir balik, dari pakai pakaian utuh sampai telanjang pun bisa, tak ada rasa malu. Cuma untuk masalah destinasi wisata, kita harus rela bertoleransi dengan teman seperjalanan, kita tidak boleh semaunya sendiri, jika anda tidak suka belanja, tapi teman anda adalah shopping lovers, berarti ke mall atau pasar harus disertakan dalam itinerary itu. Ada kalanya kita senang dengan suatu tempat dan ingin stay lebih lama disana, tapi teman anda ingin balik ke penginapan dan istirahat, kemampuan berdiskusi sangat penting disini, seringkali juga akan timbul konflik kecil diantara teman seperjalanan, tapi saya rasa konflik itu malah menambah akrab kita di akhir cerita. begitulah suka duka berjalan sendirian atau dengan teman, semuanya punya keuntungan dan kerugian masing masing. Dan bagi saya, keduanya adalah pilihan terbaik :)

     Dan pada akhirnya, semua ini tidak luput dari restu kedua orang tua serta keluarga dan teman, senang rasanya bisa berbagi cerita, menjadi inspirasi bagi mereka yang ingin berlibur tapi belum tahu bagaimana cara melakukanya. Saat ini saya tengah mengantongi tiket ke Kuala Lumpur dan Siem Reap (Cambodia) dan berharap trip saya berikutnya akan berjalan lebih baik dari sebelumnya. So what are you wating for? let's explore the world by backpacking ! 

Raka Wicaksana.

0 Komentar:

Posting Komentar