21 Februari 2014

Menyusuri Secuil ASEAN [3] Menelaah Islam di Putrajaya


Jeritan alarm handphone saya berbunyi, waktunya memulai petualangan baru di Malaysia. Hari ini saya akan bertolak ke Putrajaya, sebuah kota yang masih sangat muda, salah satu bentuk langkah antisipasif pemerintah malaysia untuk menghadirkan kota yang enviromental friendly. Karena Kuala Lumpur sudah terlalu sesak oleh berjuta penghuni, Putrajaya pun didirikan sebagai pusat pemerintahan. Tapi sebelum itu, saya berinisiatif untuk segera berpamitan kepada teman CS saya, Abang Poon, dan segera mencari budget hostel di daerah Petaling. Bukan apa apa, saya sudah dapat tempat tinggal gratis untuk dua malam, selalu ditraktir sarapan, dan selalu dijemput selesai trip, rasanya gak enak banget kalau harus menambah semalam lagi, perilaku kejawen, sungkan itu masih saya pegang. Akhirnya dia memperbolehkan dan mengantar saya hingga Raja Chulan untuk menyantap sarapan sekalian (yang juga ditraktir). 

Seusai sarapan, saya berpamitan ke Abang Poon dan memulai berburu penginapan. Seperti biasa, untuk menuju Petaling, saya menggunakan Go KL Bus yang gratis daripada harus naik KTM Komuter. Keliling keliling selama kurang lebih dua jam, saya belum menemukan hostel yang pas, banyak diantaranya yang memasang tarif 30 sampai 60 ringgit, saya bersikeras menolak karena target saya mendapat kamar dengan budget maksimal 15 ringgit. Di salah satu sudut Petaling, agak menjorok kedalam, saya menemukan hostel yang saya lupa namanya, menawarkan kamar seharga 15 ringgit dengan catatan harus legowo menerima kondisi hostel yang gelap, dengan gagang pintu yang sudah jebol, receptionis yang sudah tua dan kayaknya kaki nya tidak menempel ke tanah, berasa jadi korban human traficking deh. Ogah!! saya memang tahu prinsip "ada harga ada mutu" tapi setidaknya hostel dengan kondisi yang lebih baik mungkin tersedia dengan harga yang sama di sudut lain, who knows!. Saya kembali mencari hostel lainya, dan Voilla !! Le Ville Guesthouse berhasil saya dapatkan dengen harga yang sama, 15 Ringgit, kamar standar dorm yang hanya ditempati dua orang termasuk saya, receptionis nya ramah lagi. Nah this is what I'm looking for!. Setelah meletakkan barang, saya langsung menuju tujuan utama saya, Kota Putrajaya !!

Ada dua pilihan transportasi untuk sampai ke Putrajaya. Yang pertama dalah naik KLIA Transit dari KL Sentral seharga RM9.5, atau naik bus E1 dari HAB Pasar Seni yang cuma seharga RM4. Sayangnya, saya hanya tahu kalau untuk menaiki bus E1 kita harus menuju HAB Pasar Seni tapi saya tidak tahu persis dimana bus menunggu penumpang. Tanya sana sini, saya malah "dioper" ke lokasi lain dan setelah menunggu beberapa menit pun, bus E1 tetap tidak ada disana. kemudian saya kembali bertanya, dijawab harus ke Kotaraya, tempat macam mane pulak itu ?!. Tanya ke orang yang berbeda, dijawab harus ke MyDin Building. Saya stress berat karena belum menemukan bus juga. Akhirnya win win solution saya pergi ke KL Sentral untuk naik KLIA Transit, lebih mahal memang. Tapi selain lebih cepat, KLIA Transit juga nyaman dengan AC yang super dingin. Dari Pasar Seni saya naik LRT ke KL Sentral seharga RM1, Lanjut KLIA Transit ke Putrajaya dengan harga RM9.5.

Sekitar 45 Menit saja kereta sudah mengantarkan saya di Stesen Putrajaya Sentral. Stasiun ini relatif sepi dan bangunan nya cenderung berarsitektur gaya lama. Dari sini kita bisa naik elevator ke Lt.2 untuk menuju Putrajaya Sentral. Kalau tadi stasiun nya sepi, terminal nya malah ramai. Banyak kios, kantor polisi, kounter informasi dan beberapa petunjuk rute lengkap tersedia disana. Untuk menuju pangkalan bus, jalan lurus hingga ke elevator dan turun menuju terminal Putrajaya Sentral. Tujuan saya adalah objek wisata yang punya gaya arsitektur yang memukau seperti Bangunan Putra Perdana, Masjid Putra, Gedung Keuangan, Istana Kehakiman, Masjid Sultan Mizan, Sri Wawasan Bridge dan Esplanade Putrajaya. Semua empat tempat wisata itu bisa ditempuh dengan naik Bus L01 dan L02 dan turun di Halte Kompleks ABCDE. Sayangnya perjalanan tidak selancar yang saya harapkan. Setelah saya naik bus L02, saya kebingungan mencari dimana letak halte itu, dan bus melaju kencang hingga pemberhentian terakhir, yang berarti halte sudah terlewati. Oh god !! saya terjebak di middle of nowhere ketika peta rute pun tidak membantu samasekali. Ditambah lagi penamaan jalan di Putrajaya yang sangat tidak user friendly ! Mereka menamai setiap jalan dengan kombinasi huruf-angka, semisal P14, APT.P.14, P2,3. Nama jalan kaga kreatif banget sumpah -_- !!. Di tempat saya terombang-ambing nasibnya ini juga tidak banyak orang berlalu lalang, saya menunggu bus di dekat palang Bus Stop seperti orang bego. Setengah jam, bus belum terlihat. Mulai bosan dan panik, akhirnya saya menuju kantor polisi yang berjarak beberapa blok dari tempat saya berdiri. Dan dia menyarankan untuk tetap menunggu di tempat tadi. OKE akhirnya saya kembali ke tempat tadi dan berusaha sabar menunggu bus. Beberapa saat kemudian bus datang, saya bergegas naik saat semua penumpang turun (karena last stop). Saya mulai menunjukkan gambar Bangunan Putra Perdana pada brosur, karena pak supir yang (mungkin) kasihan, saya akhirnya diantar sampai terminal P14 untuk menunggu bus berikutnya yang akan melewati rute berlawanan.  
Putrajaya Sentral - Laluan Bus - Signboard "Putrajaya"
Dan Akhirnya setelah tersesat ga jelas, saya berhenti di Halte Kompleks ABCDE dengan bus yang cuma bertarif 50sen, hanya jalan kaki sebentar dan perlahan kubah dari Masjid Putera dan Sultan Perdana mulai terlihat. Tujuan pertama adalah Masjid Putra, masjid megah yang bergaya khas timur. Memang bukan masjid bersejarah karena baru dibangun bulan Juni 1997, tapi bangunan ini seolah menjadi salah satu icon kota "muda" ini. Di dalam nya bagus banget, kita bisa menemukan islamic counter yang menyediakan brosur brosur gratis untuk mereka yang ingin tahu lebih banyak tentang islam, ada guide yang akan menjelaskan bagian-bagian masjid dan ada tempat peminjaman tudung bagi yang berpakaian mini. Satu hal yang saya kurang suka, adalah masjid yang seharusnya untuk ibadah, dikomersialkan semaksimal mungkin untuk tujuan turis. Selain melihat muslim yang sedang shalat, kita juga akan melihat pintu utama masjid ini yang "diberi pagar" sebagai batas turis, disana ada beberapa yang mengambil foto seenaknya, you know lah, cahaya flash kamera, pose pose sexy, bersuara keras, bahkan beberapa orang menunjuk-nunjuk orang yang sedang shalat macam sedang di kebun binatang gitu -_-. Saya pernah sekali diusir dari Masjid Jameek karena mengaku sebagai non-muslim (iseng), bagi saya ini terlalu brutal dan sangat tidak toleran karena melarang seseorang yang mungkin ingin tahu lebih tentang islam hanya karena perbedaan keyakinan. dan di Masjid Putera ini malah terlalu terbuka kepada turis, bahkan shalat pun menjadi ajang pertunjukan bagi mereka dengan kamera menjuntai di lehernya. 
Keindahan masjid Putera, Putrajaya
Tapi terlepas dari itu semua, Masjid ini sungguh memikat hati. Saat saya menuju Islamic Counter untuk sekadar mengambil brosur tentang pengetahuan islam, seseorang mendekati saya dan bertanya apa yang mau kamu tahu tentang islam?. Saya pun bertanya banyak hal, mulai silsilah keluarga nabi, haji, halal dan haram, sampai topik bahasan yang ga penting pun mereka layani, hingga ada dua orang guide lain yang tertarik dengan topik yang saya bahas. Lumayan untuk memperdalam ilmu tentang bagaimana nilai nilai timur sebenarnya. Percakapan berjalan seru, dan mereka bertiga orang orang yang ramah, hal itu pun berlangsung hingga adzan ashar berkumandang, salah seorang dari mereka pun menawarkan diri untuk mengajak saya berkeliling Putrajaya dengan mobil pribadinya tanpa dipungut biaya!. Whahhh thank you so much !! tidak pernah mengira bakal dapat free guide disini. Setelah shalat Ashar, saya naik ke mobil ibu guide tadi dan perjalanan baru akan dimulai !

Beliau mengantar saya ke banyak tempat, kami melewati banyak gedung unik mulai Istana Kehakiman, Gedung Kehutanan, Pemerintahan SDA Mineral, Gedung Keuangan yang kesemuanya adalah bangunan yang sangat indah! beliau bahkan menjelaskan secara rinci tentang setiap bangunan yang kami lewati. Beberapa saat mobil melaju, kami akhirnya berhenti di salah satu sudut jembatan putrajaya, disini terdapat juntaian patung naga dan view yang spektakuler ke bendungan di depan nya. Seusai itu saya ditemani ke Putrajaya Int. Convention Centre [PICC] untuk melihat view keseluruhan kota ini dari atas bangunan. Dari atas terlihat kota yang tertata rapih dengan taman, gedung, sungai yang ditata sedemikian rupa demi kota yang eco friendly. 

Salah satu Jembatan Dengan Patung Naga [Kanan], View dari atas PIIC [Kiri]

Pejalanan berlanjut ke Masjid Sultan Mizan atau sering disebut Masjid Besi, karena struktur bangunan nya yang terbuat dari baja. disini terdapat kolam yang terhubung dengan bangunan dalam masjid. "Pool in the Mosque". Dan katanya ada semacam gelombang ombak ombak kecil di dalam kolam yang memperindah esensi dari sebuah masjid. Sayang sewaktu kedatangan saya, ombak-ombak itu tidak dihidupkan. Dari sini kita bisa naik keatas untuk mendapat background foto yang sangat ciamik, dengan latar belakang istana kehakiman yang berbentuk mirip seperti Taj Mahal, dipagari dengan bingkai gedung bertingkat, dengan taman di tengahnya ! sumpah keren banget. Ini salah satu spot yang ga mungkin bisa terlewat jika berkunjung ke Putrajaya, kemudian saya diantar menuju suatu tempat lain di pinggir danau dengan view yang tidak kalah menarik.
Masjid Sultan Mizan, Putrajaya dengan salah satu view yang Keren
Bagi saya yang pada saat itu sedang lajang solo traveller, kehadiran ibu ini selama perjalanan sangat membantu sekali, saya akhirnya bisa minta tolong untuk mengambil beberapa foto dengan saya di dalamnya, karena selama 2 hari yang lalu saya bahkan tidak pernah meminta orang untuk fotoin saya, yah masih agak agak malu bersosialisasi. Tapi lebih dari itu, beliau bercerita semua yang dia tahu tentang Putrajaya, sampai saya tidak mampu mengingat apa saja yang sudah beliau sampaikan. Dia adalah seorang pensiunan staff rumah sakit yang mengajukan diri sebagai volunteer di Masjid Putera. Dua minggu sekali beliau berangkat dari rumahnya yang berjarak sekitar 60Km dari Putrajaya untuk berbagi ilmu, menyebarkan nilai nilai islam dengan menjadi "information counter" di sana. Saat saya menyodorkan beberapa uang ringgit kepadanya, dia bersikeras menolak. Dia percaya bahwa pengetahuan keagamaan adalah sesuatu yang harus diketahui oleh semua orang, dan baginya, sudah menjadi kewajiban bagi mereka yang tahu lebih untuk memberi tahu yang belum, menyebarkan pengetahuan tersebut sudah membuatnya senang dan damai. Beliau mengajari saya bahwa hidup tidak selalu tentang uang atau seberapa mahal baju Louis Vutton yang kau beli, tapi seberapa penting peran mu di masyarakat, dan bagaimana kau dapat hidup damai sesuai tuntunan agama yang kita anut. Salut dengan beliau, apa yang dia lakukan semata mata untuk menyebarkan islam !. Putrajaya, sebuah kota baru yang unik dan sarat akan nilai timur, semoga tidak berujung kepada westernisasi seperti banyak kota lain di asia tenggara :)

Perjalanan kami berakhir di Stesen Putrajaya Sentral dengan juga diantar oleh beliau, saya mencium tangan nya bagai seorang ibu dan berpamitan kembali ke Kuala Lumpur pada sore itu, senang rasanya bisa bertemu dengan "Malaikat dari Putrajaya". Untuk kembali ke Kuala Lumpur, saya menemukan bus E1 dengan antrian panjang para penumpang, sempat takut tidak kebagian kursi karena memang frekuensi kedatangan yang agak jarang, tapi untungnya dapat juga hehe. Di dalam perjalanan saya mendapat SMS dari Abang Poon, saya diminta untuk kembali ke condo nya. Akhirnya setelah sampai di HAB Pasar Seni, saya check out dari Hostel dan bertolak ke KL Sentral. "Terus tadi check in buat apa ya? haha, rugi 15RM deh saya" yah, hitung-hitung buat nitip backpack deh XD. Oh iya, sebelum saya menuju KL sentral, saya berjalan jalan di sekitar Jalan Petaling yang ramai pada malam hari dan membeli beberapa cemilan untuk makan malam. Anda pasti tidak akan pernah bosan mengelilingi Jl.Petaling, barang barang yang bervariasi plus harganya yang reasonable membuat siapapun yang datang pantang untuk tidak berbelanja sedikitpun !!.

Di KL Sentral, saya janjian dengan teman saya yang kuliah di Universiti Malaya, dia memberi tahu banyak hal tentang perkuliahan di Malaysia serta memberi saya info info beasiswa. Semoga tahun depan saya bisa melanjutkan pendidikan di negeri ini Amen :). Akhirnya setelah beberapa menit berlalu, kami pun berpisah dan saya pergi ke Stesen KTM Batu Kentonment untuk kembali ke condo Abang Poon, soo sorry to bother you yah :( maaf sudah banyak merepotkan. Malam itu kami bercakap cakap hingga larut malam, senang sekali punya teman yang bisa mengerti keadaan saya. Ini adalah malam terakhir saya di negeri Jiran sebelum besok nya saya bertolak menuju negara selanjutnya, Kamboja .... Detik detik jarum jam pun mengantarkan saya pada tidur lelap hingga esok pagi.

Pengeluaran Hari ke [6]  
Bayar Hostel MYR 15, Air minum MYR 1.2, KLIA Transit ke Putrajaya MYR 9.5, Bus Putrajaya Sentral ke P14 Free, Bus dari P14 ke Halte ABCDE MYR 0.5, Bus E1 Kembali ke Pasar Seni MYR 4, Makan malam roti canai + bunch bread + air MYR 5.7, LRT Pasar Seni ke KL Sentral MYR 1, KTM KL Sentrak ke Batu Kentonment MYR 2
TOTAL = MYR 38.9
 

4 komentar:

  1. Klo rame2 naik prepaid taxi muter Putrajaya lebih murah sih, dan saya ke Putrajaya uda 3 kali hahaahaha.... btw CS juga broo???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ko bisa lebih murah mas, kan bus nya cuma 0.5 Ringgit yak?
      Btw salam kenal, iya saya anak CS Surabaya :D

      Hapus
  2. cumanya mahu murah aja.............bikin sendiri donk

    BalasHapus
  3. maaf ya saudara,,, KLIA Transit dari KL Sentral ke KLIA1 dan KLIA2 hanya memakan masa 30 minit sahaja, tidak benar laaa saudara mengatakan untuk ke Putrajaya mengambil masa 45 minit,,, KLIA Transit ke Putrajaya hanya mengambil masa 17 minit sahaja,,,

    BalasHapus