Menyusuri Secuil ASEAN !!

Kutinggalkan decak kagum untuk negara-negara ini. ASEAN is Paradise !

This is the Way I love Being a Backpacker !

Ber-backpacking menguji kita banyak hal, mandiri, terbuka dan berani.

Rindu Kota Sultan, Yogyakarta!

Berpetualang (lagi) di Kota yang sarat akan Tradisi nya, Yogyakarta

Welcome In Thailand (Part 1) - Sehari Di Bangkok

Pengalaman Pertama Pergi Ke Luar Negeri, Gratis !

29 April 2013

Street Food, Kata Orang Tidak Higenis. Benar?

  
Dua Teman saya Saat Mengunjungi Even Street Food di Salah Satu Kota
     Saya pernah berbincang dengan teman saya, topik pembicaraan kami sebenarnya hanyalah bualan-bualan belaka, namun entah dimana ujungnya, kami membicarakan tentang suatu brand produk masakan yang sedang menggelar pameran Jajanan Nusantara di kota kami, Street Food itu memang kerap kali diselenggarakan setiap tahun di beberapa kota di Indonesia. Teman saya yang notabene seorang mahasiswa menengah ke atas itu secara blak-blakkan menolak ajakan saya. "Ogah bro. makanan di jalan tuh ga baik, kotor!" Paparnya. Dan pada akhirnya, kami berdua tidak bisa menikmati suasana event itu bersama sama, hanya saya, dan dua teman lama saya. 

     Saya bukan berada di posisi membela atau pun menyudutkan. jika kita lihat lebih jauh, logikanya, street food memang begitulah adanya. Bayangkan saja, puluhan bahkan ratusan lapak portable yang berjajar dipinggir jalan, dengan notabene udara di negara kita tergolong tercemar, belum ditambah dengan kepulan asap kendaraan bermotor, atau ambil saja yang paling umum, asap rokok. Semua itu bertebaran, beterbangan di sekitar kita tanpa kita sadar. Sebagian material tersebut pastilah mengontaminasi sebagian makanan yang terpampang di kawasan area Street Food tersebut, bahkan bilamana pemerintah membuat kebijakan untuk membuat tempat khusus Street Food di suatu lokasi yang jauh dari polusi udara, pencemaran tetaplah ada, apalagi kalau bukan debu dan asap rokok pengunjung?

     Tidak hanya di negara kita, semua Street food di dunia pun tidak bisa lepas dari pencemaran ini, coba saja sebut negara mana yang punya street food higenis? Tidak ada !. Apakah ratusan lapak yang dipasang di dalam ruangan tertutup sehingga menyulitkan bahan pencemar untuk masuk kedalam? Well.. itu sih Food Court namanya ! Setelah merenung mengenai hal ini, saya berfikir "Apakah ini alasan teman saya menolak ajakan saya?" Ternyata tidak hanya itu saja. Di negara kita, katakanlah, makan di pinggir jalan masih menjadi hal yang rumpang atau pantang dilakukan bagi sebagian kalangan kita, terutama menengah keatas. Mereka masih belum yakin bahwa makanan makanan tersebut aman untuk dikonsumsi atau tidak (karena pencemaran yang sudah saya sebutkan), atau alasan lain, GENGSI ! "Orang seperti saya masa' makan di pinggir jalan?" Mungkin bisa di ilustrasikan seperti itu. Masih banyak orang yang berpendapat bahwa restoran cepat saji, foodcourt, dan beberapa brand brand makanan terkenal adalah cara terbaik untuk menyantap makanan. Mereka rela menghabiskan pundi-pundi uang mereka untuk menyantap hidangan dengan cara yang menurutnya sehat, dengan kata lain, makan di restoran mahal, cepat saji atu sekawanya dipandang lebih sehat dibandingkan makan di pinggiran jalan. apakah benar demikian?

     Bila perpendapat seperti itu, maka saya bisa katakan bahwa presepsi mereka sudah keliru. Pada prinsipnya, Tidak ada makanan yang sehat di dunia ini, kecuali buah dan sayur organik. Semua makanan pastilah terdapat zat-zat yang ditambahkan, entah itu untuk membuat lebih nikmat, tujuan pengawetan, bahkan sampai tujuan tujuan "nakal" para pedagang makanan untuk membuat dagaganya laku dengan omset yang besar, tapi hanya perlu modal yang minim. Sekarang bisakah anda menjamin bahwa apa yang anda makan di restoran cepat saji yang mahal itu terbebas dari zat zat ini? Anda salah besar !. jangankan makanan di pinggir jalan ini, restoran cepat saji pun melakukan tindakan yang sama, maksud saya, Ayolah bung ! Berfikirlah secara rasionalis, hidangan restoran cepat saji tidak bakal lepas dari radikal bebas. restoran mahal tidak ubahnya seperti makanan biasa dengan didampingi "Tulisan mahal", itupun juga tidak terlepas oleh radikal bebas. Lalu apa bedanya dengan street food? saya kira sama saja, hanya berbeda dalam segi penempatan lokasi dan paradigma. 

     Dengan bersikap secara netral, saya katakan semua makanan yang dihidangkan dimana saja, pasti mengandung zat yang tidak baik bagi tubuh, bahkan pun jika anda memasak sendiri di rumah, kolestrol dari minyak goreng pasti akan melekat dalam makanan. lalu dimanakah makanan makanan sehat itu? ya tidak ada, kalau lah anda mau menjadi vegetarian dengan hanya mengonsumsi buah dan sayur organik yang baru dipetik dari perkebunan setiap hari, lain lagi cerita nya!. Terlepas dari itu semua, makan di Street Food merupakan sebuah pilihan untuk kita, yang ingin mengenang makanan tradisional yang sudah sulit dicari, yang ingin menghemat uang karena keterjangkauan harga di sana, yang ingin bernostalgia di masa lalu dengan menyantap hidangan disana, ataupun yang ingin menikmati hiburan hiburan yang juga disediakan oleh pihak penyelenggara. Jadi tempat ini sudah multi-fungsi, apakah hanya dengan alasan "Tidak Higenis" saja membuat anda berpindah halauan ke tempat makan mahal yang pastinya juga tidak higenis? Saatnya berfikir rasionalis, kawan!

     Lalu, apa yang harus diubah dari street food di negara kita? Apa perlu dimodernisasi? Diganti hidanganya? Dipindah ke lokasi tertutup? Tidak usah ! begini saja sudah cukup, inilah ciri khas street food kita, inilah salah satu lapangan uang bagi pemilik lapak yang menjajakan hidangan, inilah tempat dimana keluarga bisa saling berbagi, makan bersama dengan harga yang masuk akal, inilah tempat dimana nuansa kedaerahan masih secara kental terasa, mulai dari makananya, bahasa jual-beli yang notabene masih berupa bahasa daerah, hiburan musik keroncong, angklung, dan lain lain masih asli, merekat dalam tradisi street food kita. Masalah polusi itu tidak bisa dihilangkan, hanya bisa dikurangi saja. Yah, penjual tidak harus menjajakan hidangan diatas lapak secara terbuka, mungkin bisa diletakkan di etalase atau wadah tembus pandang untuk meminimalisir kontaminasi bahan pencemar, selesai kan? Jangan karena alasan tercemar, kita sampai hengkang dari mengunjungi street food, teman!. Ambil sisi postifnya, ini adalah salah satu fasilitas untuk mempertahankan makanan daerah kita, hanya disini ini kita bisa merasakan bahwa kita terbawa kepada nuansa berpuluh puluh tahun silam, hanya di tempat ni kita masih bisa melihat uang lecek yang masih saja berlaku, kadang ada uang seribuan yang ditulis kata kata aneh, Kapiten Pattimura di uang ribuan yang digambar jadi Spidermen, masih berlaku juga disini. Sampai ramah tamah yang terjadi antara penjual dan pembeli, semuanya ada, bebas dinikmati. Jadi alasan apa lagi yang membuat sobat hengkang? Tidak ada bukan? baik, berarti apa yang saya sampaikan sudah merubah pola pikir anda lebih rasional :) .

19 April 2013

Raka Travel - Jasa Penjualan Tiket Pesawat Murah



Selamat Pagi, Kepada pembaca setia Raka Travel
Terimakasih atas kunjungan nya ke Blog kecil ini, Saya atas nama Pribadi mengucapkan terimakasih karena telah meluangkan waktunya untuk sekadar melihat tulisan tulisan kecil Blog ini.

Saya berusaha memberikan suguhan terbaik untuk ditampilkan di dalam blog ini, namun saya rasa, tulisan yang baik dan menginspirasi belumlah cukup dalam memuaskan permintaan pembaca. saya mencoba membuka terobosan baru dalam menyiasatinya, Sehubungan dengan maraknya permintaan tiket pesawat untuk pergi berlibur / bisnis, Saya membuka jasa Reservasi/Booking Tiket Pesawat, dalam dan Luar Negeri. Dengan terobosan ini diharapkan para pembaca dapat lebih mudah dalam mencari penerbangan murah dan mudah.

Komitmen kami adalah untuk memberikan harga yang termurah yang bisa dijangkau oleh semua orang dengan penerbangan yang berkaulitas, kami berusaha membuktikan bahwa tiket pesawat sekarang bisa dibeli oleh semua orang, karena harga penerbangan saat ini semakin murah dan murah.Komitmen kedua kami adalah membimbing calon penumpang hingga hari-H keberangkatan untuk meminimalisir kebingungan atau kesalahan. Semua ini wujud komitmen kami kepada pelanggan setia RakaTravel. 

Keuntungan Membeli Tiket Penerbangan di RakaTravel :
  1. Harga Up to Date. Terus mengikuti harga resmi maskapai yang terkait
  2. Harga Penerbangan termurah, bersaing dengan harga Travel Agent Lainya
  3. Pengiriman e-ticket (Tiket Elektronik) yang bisa diantar langsung ke Rumah Anda (Khusus Daerah Surabaya). atau pengiriman lewat e-mail untuk yang berada di luar Surabaya.
  4. Jika anda menemui kesulitan dalam proses penerbangan, hubungi RakaTravel di 089678270914, kami siap membantu anda*
Dengan semua kenyamanan ini,saya pastikan pembeli akan merasa aman dan nyaman dalam membeli tiket pesawat yang murah dan berkualitas. Kami melayani pembelian dengan maskapai sebagai berikut : 

  • Airasia 
  • Citilink
  • Merpati Airlines
  • Mandala / Tiger Airways
  • Garuda Indonesia
Jika berminat membeli tiket penerbangan pada kami, atau hanya sekadar bertanya harga, jangan ragu menghubungi Contact Person kami di 089-678-270-914 (Raka Wicaksana). Kami siap membantu anda !. Atau kunjungi Facebook Page kami di SINI. Selamat menikmati penerbangan anda, dan terimakasih telah mempercayakan pembelian tiket penerbangan anda di Raka Travel.

18 April 2013

Street Food Indonesia - Gigih Menjaga Cita Rasa Nusantara

     
"Masakan Jalan" - Gigih Menjaga Cita Rasa Nusantara
     Street Food - Atau secara harfiah disebut sebagai Aneka Jajanan di Pinggir Jalan kiranya sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Mulai dari acara tahunan yang diselenggarakan di beberapa kota seperti halnya Jakarta Street Food, sampai Acara yang disponsori oleh beberapa brand makanan ternama di Indonesia kerap kali menghiasi ruas-ruas jalan daerah kita. Tak jarang bila pelancong dari luar kota pun (atau bahkan luar negeri?) ikut menyemarakkan kegiatan seperti ini. Mereka rela berbondong bondong datang, berdesak desakkan dengan pengunjung lain, makan sebentar (Itupun juga harus antre panjang), sekadar menikmati suguhan musik, atau hanya melihat sekitar, setelah itu balik pulang. Well, meskipun aktivitasnya terkesan sederhana, sebagian besar pengunjung merasa puas dengan adanya kegiatan tersebut. Punya tuan punya pendapat, semua punya pendapat berbeda beda tentang street food.

     Bagi saya, street food sendiri mempunyai beberapa keunikan serta keuntungan, baik untuk pihak penyelenggara, maupun daerah penyelenggara, tak lupa juga, masyarakat pun ikut merasakan cipratan untung nya. Lihat saja dari apa yang kebanyakan dijual disana, Mie Tumis, Semanggi, Nasi Pogol, Pecel, Asinan, Rujak, Martabak, Jamu, Kerak Telor, Ice Blue yang di plesetkan namanya menjadi Es Bule, makanan makanan berat khas daerah terkait sampai minuman minuman manis yang menyegarkan dahaga. Semua tersedia disana. Ada yang kurang familiar dengan nama nama makanan itu? ya!, saat ini, makanan yang saya sebutkan diatas mencari nya memang tidak semudah beberapa tahun lalu. masih ada sih kalau memang dicari di pelosok pelosok desa, tapi mana mau orang tergopoh gopoh mencari makanan sampai ke pelosok?  kecuali kalau benar benar addicted.

    Tahukah kita bahwa penyelenggaraan street food sebenarnya malah mengangkat kembali cita rasa tradisional Indonesia? Semanggi misalnya, yang sudah sulit dicari kemana mana tiba tiba nampang jelas di deretan lapak street food di suatu daerah. Saya malah pernah berbincang dengan teman saya yang berkata "Wah udah lama nih kaga makan Semanggi, sayang (street food nya) cuma seminggu aja" Nah, kita bisa simpukan bahwa masakan yang kata orang (elit) udah Jadoel itu masih banyak diminati oleh sebagian kalangan kita. Kita akui bahwa masakan tradisional negara kita emang ga kalah dengan yang ada di luar negeri, Rendang dan Sate Ayam punya kita aja dikategorikan sebagai yang terenak seantero dunia. gimana kita ga bangga tuh? tapi bagaimana menyebarkan cita rasa terpendam ini? ya Street Food itulah salah satu mediator untuk mewujudkannya !. kita lihat, bukan, disana?, mulai adik adik, remaja couple, Ibu hamil, bapak bapak beristri dua pun sampai rela bertumpah ruah mencicipi menu tradisional kita? yang mulanya makan malam dengan JunkFood atau makanan tak gizi, di kala Street Food itu mereka makan masakan tradisional :) mbak mbak penjual makanan dengan lemah lembutnya melayani satu persatu pelanggan dengan ramah, ditambah alunan musik angkling/keroncong atau apalah yang bagus bagus, menambah kehidmatan malam street food yang biasanya hanya berdurasi 1-2 minggu itu. suatu dobrakan besar, bukan? 

     Alhasil, yang semula punya ketergantungan kuat makan JunkFood jadi sadar "Eh nih makanan enak juga ya" atau malah ada yang nambah. wah wah ternyata mereka bukan nya ga suka dengan masakan tradisional Indonesia, tapi karena sulit dicari, akhirnya pindah haluan makan makanan western atau JunkFood yang bahkan di kabupaten kecil pun ada. Lantas bagaimana? apakah jika Street food yang biasanya cuma berdurasi 1 sampai 2 mingguan itu bubar, pengunjung bakal kembali ke kebiasaan lama nya? Well, bisa jadi seperti itu. Tapi seyogyanya bila frekuensi street food lebih ditingkatkan, entah apakah ditingkatkan menjadi beberapa bulan sekali, lebih mencangkup banyak kota, atau mungkin mendirikan Permanent Street Food ? udah banyak kan yang kayak begituan di Indonesia? nah disini, pihak penyelenggara sebaiknya memperbanyak frekuensi diadakanya Street Food ini, lebih menguntungkan kedua belah pihak bukan? 

     So, Kegiatan ini bener benar postitif untuk dipertahankan ke depanya. manfaat nya akan menyebar hingga beberapa tahun kedepan (mungkin), masyarakat kita akan benar benar menaruh perhatian 100% pada masakan asli Indonesia dan mulai meninggalkan masakan masakan ala kebarat baratan itu. Perekonomian Wirausahawan-Wirausahawati kita akan meningkat secara bertahap karena dalam suatu acara macam Street Food, mereka bisa meraup keuntungan hingga lebih dari 5X lipat dibanding hari hari biasa, uangnya untuk menghidupi keluarga keluarga mereka, membeli kebutuhan sehari hari sampai menyekolahkan anak. Tempat tempat yang awalnya tidak terjamah banyak orang menjadi terkenang karena kehadiran kegiatan yang biasanya juga disebut Festival Jajanan ini. Secara otomatis, eksistensi pariwisata kota terkait akan meningkat juga bukan? menyumbangkan pemasukan daerah juga nih

     Mending mana, orang orang kita konsumtif dengan makan makanan mahal dan tak sehat di restoran cept saji/mall mewah, pemasukan hanya masuk ke kantong segelintir kalangan eksekutif. Atau orang orang kita yang makan masakan asli negara sendiri, dengan Street food sebagai salah satu mediatornya, pemasukan masuk ke setiap kantong penjual lapak, dan turut serta menjaga cita rasa bangsa serta pemasukan daerah? Pertanyaan retorik seperti ini tentulah tidak perlu dipertimbangkan lagi. Mau membuat para wirausaha kita dihargai lebih? cita rasa kita dipertahankan? pariwisata kita maju? kesejahteraan meningkat? Street Food sepertinya telah menjadi syarat mutlak untuk mewujudkannya. 

Raka Wicaksana    .