29 April 2013

Street Food, Kata Orang Tidak Higenis. Benar?

  
Dua Teman saya Saat Mengunjungi Even Street Food di Salah Satu Kota
     Saya pernah berbincang dengan teman saya, topik pembicaraan kami sebenarnya hanyalah bualan-bualan belaka, namun entah dimana ujungnya, kami membicarakan tentang suatu brand produk masakan yang sedang menggelar pameran Jajanan Nusantara di kota kami, Street Food itu memang kerap kali diselenggarakan setiap tahun di beberapa kota di Indonesia. Teman saya yang notabene seorang mahasiswa menengah ke atas itu secara blak-blakkan menolak ajakan saya. "Ogah bro. makanan di jalan tuh ga baik, kotor!" Paparnya. Dan pada akhirnya, kami berdua tidak bisa menikmati suasana event itu bersama sama, hanya saya, dan dua teman lama saya. 

     Saya bukan berada di posisi membela atau pun menyudutkan. jika kita lihat lebih jauh, logikanya, street food memang begitulah adanya. Bayangkan saja, puluhan bahkan ratusan lapak portable yang berjajar dipinggir jalan, dengan notabene udara di negara kita tergolong tercemar, belum ditambah dengan kepulan asap kendaraan bermotor, atau ambil saja yang paling umum, asap rokok. Semua itu bertebaran, beterbangan di sekitar kita tanpa kita sadar. Sebagian material tersebut pastilah mengontaminasi sebagian makanan yang terpampang di kawasan area Street Food tersebut, bahkan bilamana pemerintah membuat kebijakan untuk membuat tempat khusus Street Food di suatu lokasi yang jauh dari polusi udara, pencemaran tetaplah ada, apalagi kalau bukan debu dan asap rokok pengunjung?

     Tidak hanya di negara kita, semua Street food di dunia pun tidak bisa lepas dari pencemaran ini, coba saja sebut negara mana yang punya street food higenis? Tidak ada !. Apakah ratusan lapak yang dipasang di dalam ruangan tertutup sehingga menyulitkan bahan pencemar untuk masuk kedalam? Well.. itu sih Food Court namanya ! Setelah merenung mengenai hal ini, saya berfikir "Apakah ini alasan teman saya menolak ajakan saya?" Ternyata tidak hanya itu saja. Di negara kita, katakanlah, makan di pinggir jalan masih menjadi hal yang rumpang atau pantang dilakukan bagi sebagian kalangan kita, terutama menengah keatas. Mereka masih belum yakin bahwa makanan makanan tersebut aman untuk dikonsumsi atau tidak (karena pencemaran yang sudah saya sebutkan), atau alasan lain, GENGSI ! "Orang seperti saya masa' makan di pinggir jalan?" Mungkin bisa di ilustrasikan seperti itu. Masih banyak orang yang berpendapat bahwa restoran cepat saji, foodcourt, dan beberapa brand brand makanan terkenal adalah cara terbaik untuk menyantap makanan. Mereka rela menghabiskan pundi-pundi uang mereka untuk menyantap hidangan dengan cara yang menurutnya sehat, dengan kata lain, makan di restoran mahal, cepat saji atu sekawanya dipandang lebih sehat dibandingkan makan di pinggiran jalan. apakah benar demikian?

     Bila perpendapat seperti itu, maka saya bisa katakan bahwa presepsi mereka sudah keliru. Pada prinsipnya, Tidak ada makanan yang sehat di dunia ini, kecuali buah dan sayur organik. Semua makanan pastilah terdapat zat-zat yang ditambahkan, entah itu untuk membuat lebih nikmat, tujuan pengawetan, bahkan sampai tujuan tujuan "nakal" para pedagang makanan untuk membuat dagaganya laku dengan omset yang besar, tapi hanya perlu modal yang minim. Sekarang bisakah anda menjamin bahwa apa yang anda makan di restoran cepat saji yang mahal itu terbebas dari zat zat ini? Anda salah besar !. jangankan makanan di pinggir jalan ini, restoran cepat saji pun melakukan tindakan yang sama, maksud saya, Ayolah bung ! Berfikirlah secara rasionalis, hidangan restoran cepat saji tidak bakal lepas dari radikal bebas. restoran mahal tidak ubahnya seperti makanan biasa dengan didampingi "Tulisan mahal", itupun juga tidak terlepas oleh radikal bebas. Lalu apa bedanya dengan street food? saya kira sama saja, hanya berbeda dalam segi penempatan lokasi dan paradigma. 

     Dengan bersikap secara netral, saya katakan semua makanan yang dihidangkan dimana saja, pasti mengandung zat yang tidak baik bagi tubuh, bahkan pun jika anda memasak sendiri di rumah, kolestrol dari minyak goreng pasti akan melekat dalam makanan. lalu dimanakah makanan makanan sehat itu? ya tidak ada, kalau lah anda mau menjadi vegetarian dengan hanya mengonsumsi buah dan sayur organik yang baru dipetik dari perkebunan setiap hari, lain lagi cerita nya!. Terlepas dari itu semua, makan di Street Food merupakan sebuah pilihan untuk kita, yang ingin mengenang makanan tradisional yang sudah sulit dicari, yang ingin menghemat uang karena keterjangkauan harga di sana, yang ingin bernostalgia di masa lalu dengan menyantap hidangan disana, ataupun yang ingin menikmati hiburan hiburan yang juga disediakan oleh pihak penyelenggara. Jadi tempat ini sudah multi-fungsi, apakah hanya dengan alasan "Tidak Higenis" saja membuat anda berpindah halauan ke tempat makan mahal yang pastinya juga tidak higenis? Saatnya berfikir rasionalis, kawan!

     Lalu, apa yang harus diubah dari street food di negara kita? Apa perlu dimodernisasi? Diganti hidanganya? Dipindah ke lokasi tertutup? Tidak usah ! begini saja sudah cukup, inilah ciri khas street food kita, inilah salah satu lapangan uang bagi pemilik lapak yang menjajakan hidangan, inilah tempat dimana keluarga bisa saling berbagi, makan bersama dengan harga yang masuk akal, inilah tempat dimana nuansa kedaerahan masih secara kental terasa, mulai dari makananya, bahasa jual-beli yang notabene masih berupa bahasa daerah, hiburan musik keroncong, angklung, dan lain lain masih asli, merekat dalam tradisi street food kita. Masalah polusi itu tidak bisa dihilangkan, hanya bisa dikurangi saja. Yah, penjual tidak harus menjajakan hidangan diatas lapak secara terbuka, mungkin bisa diletakkan di etalase atau wadah tembus pandang untuk meminimalisir kontaminasi bahan pencemar, selesai kan? Jangan karena alasan tercemar, kita sampai hengkang dari mengunjungi street food, teman!. Ambil sisi postifnya, ini adalah salah satu fasilitas untuk mempertahankan makanan daerah kita, hanya disini ini kita bisa merasakan bahwa kita terbawa kepada nuansa berpuluh puluh tahun silam, hanya di tempat ni kita masih bisa melihat uang lecek yang masih saja berlaku, kadang ada uang seribuan yang ditulis kata kata aneh, Kapiten Pattimura di uang ribuan yang digambar jadi Spidermen, masih berlaku juga disini. Sampai ramah tamah yang terjadi antara penjual dan pembeli, semuanya ada, bebas dinikmati. Jadi alasan apa lagi yang membuat sobat hengkang? Tidak ada bukan? baik, berarti apa yang saya sampaikan sudah merubah pola pikir anda lebih rasional :) .

3 komentar:

  1. Honestly, saya juga masih sering menikmati food street lho. Ya berkenan juga dengan alasan yang telah anda paparkan di atas. Ya benar, terlebih ada 'rasa' khusus yang nggak saya dapatkan saat makan di cafe atau restoran. Tapi ya memang, masalah polusi dan bla bla bla pasti selalu nyangkut. At last, saya setuju dengan solusi yang anda sarankan. That's right! Siapa yang tau seratus persen tentang baik buruk suatu hal hanya dengan selayang pandang?

    BalasHapus
  2. Ga higenis jg nyta'a hbs kox wkwkwkwkwk,

    BalasHapus
  3. Berdoa sama pasrah aja deh....

    BalasHapus