02 Agustus 2013

Jelajah Tiga Negeri [ 1 ] Kompleksitas Adisutjipto Yogyakarta

    

     Sudah tujuh bulan lamanya saya berhasil membeli tiket penerbangan sejuta umat itu. Airasia, dimana kocek yang saya keluarkan sedikit tidak masuk akal untuk menaiki sebuah burung besi keluar Indonesia, memang seringkali maskapai ini pintar membuat strategi marketing yang memikat hari pelanggan. Alhasil, tiket Yogyakarta - Singapura pun sampai di tangan dengan harga 199.000, tidak sampai dua ratus ribu rupiah ! Yah, tapi itu sudah tujuh bulan yang lalu, berarti ada selang waktu tujuh bulan demi penantian liburan ini. Hmm... tujuh bulan menunggu, betah kah? TIDAK :(. Hampir setiap hari di sekolah, di rumah, saya selalu terbayang bayang dengan lamanya penantian itu, saya ceritakan rencana liburan saya kepada teman teman di sekolah, mereka bilang saya gila, "Berani amat kamu, ke luar negri sendirian?" kata mereka. Sayapun awalnya tidak begitu yakin dengan keputusan yang saya buat, karena tiket promo yang sudah saya beli merupakan hasil "kalap" saya, I dont think about the destinations, but the price. Wherever it's promotion attended, there will be myself

     Semakin kedepan, saya semakin tidak peduli, saya mulai merancang jadwal atau dikenal sebagai "Itinerary" kemana saja kaki ini akan pergi. Saya bahkan sampai bersikeras untuk menginjungi tiga kota di Thailand (Hatyai, Krabi, Phuket) dengan durasi waktu delapan hari yang ke-enam hari nya telah saya set untuk berkunjung seputaran Singapura-Malaysia. Sayangnya, kalkulasi ini sepertinya salah, akhirnya tujuan final saya adalah Yogyakarta[JOG] - Singapura[SIN] - Johor Bahru[JHB] - Melaka[MKZ] - P.Pinang[PEN] - Kuala Lumpur[KUL] - Jakarta[CGK]. Sedikit kurang bersemangat, karena saya pribadi tidak terlalu menyukai kedua negara itu. But show must go on !, berbekal informasi dari website serta dibantu oleh info-info teman teman saya dari komunitas Backpacker Dunia, saya akan memulai perjalanan Saya menyusuri Tiga negeri, Indonesia-Singapura-Malaysia beserta rincian biaya (yang saya ngakunya "Backpacker") disini :

     Saya mulai trip ini dari kota Surabaya, karena baru baru ini Tarif KA telah resmi tidak bersahabat, saya membatalkan niat saya naik KA dan berganti ke moda transportasi lain, Bus. Dulu, dengan 33.500 rupiah saja sudah sampai di Jogja, tapi sekarang tarif KA Jauh-Dekat 110.000 untuk Tujuan Yogyakarta, Saran saya sih, pakai bus saja, lebih bisa berhemat. Sebelum saya sampai Terminal Purabaya, saya menukarkan Rupiah saya ke Ringgit dulu di Pertamina Kebonrojo, nilainya lumayan kompetitif. Setelah sampai di Purabaya (Bungurasih), saya naik Bus "Mira" menuju terminal Giwangan, Yogyakarta. Perlu diingat bahwa perjalanan Surabaya - Jogja memakan waktu sekitar 8 Jam (Kalau kereta, 6 Jam). 

     Berhubung trip saya jatuh pada bulan Ramadhan, saya berusaha tetap berpuasa selama perjalanan delapan jam itu. Yah, sebenarnya tidak terasa juga sih, sebentar saja kok ya sudah maghrib, terus Isya', terus sampai deh di Giwangan. Sialnya, saya terlalu kukuh berhemat, sehingga saya tidak pernah membeli makanan apapun selama di dalam bis, padahal banyak pedagang asongan yang mencoba menjual makanan dan minuman kepada saya, giliran maghrib sudah tiba, saya ga punya apa apa untuk dimakan, bahkan diminum, jadi resah sendiri. Alhasil, saya harus menunggu sampai di Yogyakarta untuk membeli sesuatu untuk berbuka.

     Sekitar jam sembilan malam kala itu, saya sampai di Terminal Giwangan. Suasana nya sepiii sekali, saya langsung bergerak menuju bagian informasi, bertanya apakah masih ada Shuttle Bus Transjogja untuk membawa saya ke Bandara Adisutjipto, dan deg!!... Transjogja sudah tidak beroperasi pada jam itu, saya mulai resah. Terjebak di terminal bus bukan sesuatu yang biasa bagi saya, its my first time. Penerbangan saya ke Singapura akan berlangsung pukul 7 Pagi, sehingga jam 5 pagi saya sudah harus check in. Kondisi ini memaksa saya  harus menginap di bandara. Saya punya teman sih di Jogja, sialnya semua nya sedang mudik, atau sibuk dengan urusan perkuliahan.  Kemudian terdengar seseorang memanggil saya "Mas, Ojek mas...?". Hmm...Ojek? boleh sih, tapi berapa uang yang harus keluar? Kami saling tawar menawar alot hingga terjadi kesepakatan, yang tadinya 50.000, turun ke 40.000, kemudian kami sepakat 30.000. Hmm... yah mau bagaimana lagi. 

     Dia mengantar saya sampai di depan bandara Adisutjipto, letaknya lumayan jauh dari terminal dan tidak mungkin ditempuh dengan berjalan kaki :D. Sesampainya di Bandara, saya beri dia uang lima puluh ribuan. dan kembalianya hanya sepuluh ribu, saya spontan marah, padahal tadi kami sepakat 30.000. kami berdebat panjang yang akhirnya si bapak tukang ojek yang menang, saya pasrah menyerahkan 10 ribu lainya untuk bapak ojek keparat itu. Fokus ke tujuan utama, saya berjalan mendekati pintu Gerbang Adisutjipto....yang saya lihat seperti bangunan gelap yang tidak punya kehidupan, sepiii..... sekali. Ga ada aktivitas penerbangan, ga ada penumpang yang menunggu pesawat, hanya Saya... Saya seorang disana. "Ini bandara?" sempat terbesit di benak saya bahwa bapak ojek tadi mengantarkan saya ke lokasi yang salah. Sulit dimengerti, namun memang pintu gerbang bertuliskan "Bandara".

     Saya mulai panik, bagaimana caranya menginap di bandara sepi seperti ini, bodohnya saya, saya melihat refrensi bandara LCCT Kuala Lumpur yang dipadati orang orang yang menginap di dalamnya, tapi ini kasus lain. Beda bandara bahkan beda negara, mengapa aku begitu bodoh membandingkan dua bandara yang berbeda kelas ini :( Ahirnya dengan penuh harap, saya telusuri setiap sudut bandara, berharap ada orang yang bernasib sama seperti saya, atau minimal, security yang bisa menunjukkan dimana tempat menginap yang gratis.  

     Kutemukan dua orang security, saya menanyakan dimana tempat orang orang biasanya menginap menunggu penerbangan, dia menjawab "Bandara sudah tutup, mas !. kalau mau nginap, di depan ada penginapan 100 ribu per malam, bandara sudah steril, ga boleh ada yang nginap".............
Haruskah saya ambil? tentu tidak. Kejadian abang ojek tadi telah membuat saya kehabisan rupiah, bagaimana mungkin saya membuang seratus ribu lagi untuk penginapan yang bakal saya tiduri hanya dalam beberapa jam?. saya tidak putus asa, saya telpon semua teman di kontak saya yang ada di Jogja, sialnya, semuanya tidak membalas, tidak aktif. Ah cobaan pertama sudah datang, saya mulai pupus harapan dan tidak punya pilihan lain selain menunggu di salah satu sudut jalan hingga fajar :(.

     Beberapa saat terkatung-katung, saya dihampiri oleh seorang wanita, "Mas, boleh masuk ke Bandara ga?" tanya nya. "Boleh mbak, tapi ga boleh nginap" jawabku. "Oh ga boleh ya, kapan hari saya kesini masih boleh mas..". Senang rasanya menemukan teman yang senasib seperjuangan hehe.... Kami mulai akrab dan terus mencari2 tempat untuk beristirahat, mungkin ada masjid? musholla? atau orang yang iba dan memberi kami tumpangan?, sampailah kami di sudut lain bandara, kami dapati ada sekelompok keluarga yang juga sedang menunggu fajar terbit. Saya diberi nasi bungkus oleh wanita itu lengkap dengan sebotol air mineral, karena saya bercerita bahwa saya belum berbuka, bahkan untuk seteguk air putih pun, padahal jam saat itu sudah menunjukkan pukul sembilan lebih. Selagi menyantap nasi bungkus, kami bergabung disana, bercanda bersama sebelum akhirnya petugas keamanan bandara mengusir kami.

     Yap, pasukan kami semakin banyak :D Keluarga tadi memutuskan untuk memesan penginapan yang dikatakan security tadi. Dengan satu orang dari mereka yang bertugas menjaga mobil. Kami bertiga berbincang-bincang hingga larut malam, saya tidak seberapa mengantuk tapi bagaimanapun, saya harus tidur untuk menyimpan energi selama di Singapura nanti. Beruntungnya saya, si Lelaki yang membawa mobil tadi mempersilahkan saya tidur di dalam mobil nya. Thank God :). Sepertinya kompleksitas ini berakhir dengan baik, saya akhirnya bisa bercakap cakap dengan akrab dengan mereka, perempuan yang saya temui adalah seorang TKI yang mengadu nasib di Singapura, sedangkan keluarga tadi sedang menunggu kepulangan anggota nya dari mengadu nasib menjadi TKI pula di Arab. Sayang saya tidak sempat menanyakan nama mereka....Sayang tidak terbesit untuk berfoto bersama.....Sayang saya tidak minta nomor hape mereka....

     Ketika waktu sahur, kami bertiga mencari makan di sekitar bandara, setelah itu shalat Shubuh di masjid bandara dan akhirnya tiba saatnya untuk kami berpisah. Penerbangan saya pukul 7 Pagi sehingga saya harus berpisah lebih dulu kepada mereka. Senang sekali rasanya bisa bertemu mereka, orang orang yang ramah, yang tanggap dan senang menolong :)

     Di bandara Adisutjipto, Saya menelpon ibu saya "Bu, aku berangkat", karena bagaimanapun, restu orang tua adalah yang utama. Saya mulai mencari cari counter Airasia, tidak sulit mencarinya, karena bandara yang relatif kecil dan calon penumpang yang belum terlalu ramai. Setelah menuju ke counter, saya mulai mempertanyakan tentang cairan yang boleh dibawa kedalam kabin, Kesimpulanya : Diperbolehkan membawa (Maksimal) 10 Botol cairan yang berukuran tidak lebih dari 100 ml atau kalau lebih bakal disita petugas imigrasi.. Untung saja saya sudah tau dari awal tentang peraturan ini.
Airasia Counter - Waiting Room (International Gate)
     Cap, cap, cap... paspor saya dapat satu "Memar Biru" lagi dari imigrasi Indonesia :), bayar Airport Tax seratus ribu, kemudian barang barang diperiksa dan Voilla... masuklah saya di waiting room. Menunggu pesawat QZ8102 saya menuju Singapura. sempat saya merenung sejenak, ga nyangka kalau ini bakal jadi pengalaman backpacking pertama saya, walaupun sudah bukan pengalaman ke Luar negeri pertama, 10 Hari kedepan bakal jadi perjalanan seorang diri paling jauh dalam hidup saya...

     Akhirnya, jam 07.25 pesawat QZ8102 saya tiba dan mengantar saya menuju terminal 1 Changi Airport, Singapore. Bye bye Indonesia, gonna catch back to you soon :)
Airasia QZ8102 was ready to take me off
Pengeluaran Part 1
Angkot ke Kebonrojo (IDR 4.000), Bus Mira (IDR 43.000), Ojek ke bandara (IDR 40.000), Makan sahur di Bandara (IDR 11.000), Airport Tax Adisutjipto (IDR 100.000).
TOTAL : IDR 198.000 

0 Komentar:

Posting Komentar